Kamis 19 Aug 2021 06:41 WIB

Melawan Covid-19 dari Atas Kapal Pelni

Fasilitas isolasi terapung jadi kesempatan Pelni banyak menolong masyarakat.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas kesehatan bersiap mengantar pasien orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 ke atas KM Umsini saat peluncuran Isolasi Apung Terpadu di Pelabuhan Sukarno Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan, awal Agustus 2021. Isolasi Apung Terpadu merupakan program isolasi bagi para pasien OTG Covid-19 yang menggunakan kapal PT Pelni (Persero) bantuan dari Kementerian Perhubungan kepada Pemerintah Kota Makassar yang dapat menampung 804 pasien dan sekitar 60 orang tenaga kesehatan sebagai upaya penanganan pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/Abriawan Abhe
Petugas kesehatan bersiap mengantar pasien orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 ke atas KM Umsini saat peluncuran Isolasi Apung Terpadu di Pelabuhan Sukarno Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan, awal Agustus 2021. Isolasi Apung Terpadu merupakan program isolasi bagi para pasien OTG Covid-19 yang menggunakan kapal PT Pelni (Persero) bantuan dari Kementerian Perhubungan kepada Pemerintah Kota Makassar yang dapat menampung 804 pasien dan sekitar 60 orang tenaga kesehatan sebagai upaya penanganan pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kebutuhan fasilitas untuk isolasi mandiri terus meningkat di banyak daerah. Tak hanya menggunakan gedung dan hotel, kapal PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni yang saat ini tidak dioperasikan pun diapungkan sebagai fasilitas isolasi bagi mereka yang berjuang melawan Covid-19.

Mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya, biasanya kapal diapungkan lalu disulap untuk wisata bahari. Kini setelah pandemi Covid-19 melanda Indonesia, kapal sengaja diapungkan demi menambah fasilitas penyembuhan pasien.  

Baca Juga

Beberapa daerah memiliki karakteristik tersendiri untuk mengatasi pandemi Covid-19. Sejumlah daerah nyatanya memerlukan inovasi yang lebih efisien dan terpadu untuk mengatasi Covid-19. Termasuk pentingnya proses isolasi untuk penyembuhan dan melindungi mereka yang belum terjangkit virus.

Makassar, Sulawesi Selatan, menjadi salah satu kota yang berinovasi untuk bertindak cepat melawan Covid-19. Bukan tanpa alasan, Wali Kota Makassar Ramdhan Pomanto mengungkapkan, dari sekian banyak kasus Covid-19 di wilayahnya, yang paling krusial yaitu isolasi mandiri (isoman).

"Ternyata paling krusial pada isoman sebesar 82 persen. Terkadang mereka yang melakukan isoman justru tidak berada pada kondisi yang layak. Misalnya, ada lansia di rumahnya, anak-anak, dan fasilitas di rumah yang tidak sesuai untuk menjalankan isoman," tutur Ramdhan dalam acara Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Penyelenggaraan Kapal Sebagai Tempat Isolasi Terpusat dengan Lima Pemerintah Daerah yang disiarkan secara virtual, Kamis (12/8).

Ramdhan pun berusaha mendiskusikan permasalahan tersebut dengan lintas sektor demi mencari solusi isoman yang efektif. Dia mengumpulkan para pengusaha hotel untuk menampung ribuan orang yang harus melakukan isoman. Tak hanya sekedar menampung, Ramdhan ingin isolasi mandiri juga dilakukan terpadu agar terpantau dengan jelas.

Hanya saja, hal tersebut tidak semudah menginginkannya. "Ternyata butuh lima sampai delapan hotel. Kalau dilakukan secara terpadu atau terpusat, sulit dikerjakan," kata Ramdhan.

Ia mengungkapkan, tebersit ide untuk menggunakan kapal dengan daya tampung yang besar sebagai tempat untuk isoman penderita Covid-19. Bak gayung bersambut, setelah menyampaikan rencana tersebut kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Ramdhan mengaku hanya butuh satu hari untuk merampungkan proses.

Pelni pun selanjutnya mulai menyiapkan Kapal Motor (KM) Umsini sejak Juli 2021 sebagai tempat isolasi apung pertama bagi pasien Covi-19 yang tidak bergejala di Makassar. KM Umsini mampu menjadi tempat isolasi apung dengan daya tampung hingga 785 pasien Covid-19 tanpa gejala dan gejala ringan.

Direktur Usaha Angkutan Penumpang Pelni O M Sodikin mengatakan, setiap kasur antar pasien isoman di dalam KM Umsini diberikan sekat dan terbagi atas empat deck dengan pemisahan berdasarkan jenis kelamin. Kapal tersebut pun juga memiliki fasilitas untuk tenaga medis sebanyak 64 tempat tidur dengan lokasi yang terpisah dari deck pasien isoman. Begitu juga dengan fasilitas penunjang lain yang dapat dimanfaatkan pasien dan tenaga kerja kesehatan.

"Kami berharap dengan fasilitas yang disediakan dapat mendukung percepatan proses penyembuhan pasien yang melakukan isolasi di atas kapal Pelni," kata Sodikin.

 

Solusi terkini bagi daerah

Menuai hasil yang positif, inovasi tersebut pada akhirnya dikembangkan. Isolasi terapung di Makassar memantik minat sejumlah daerah lain untuk memanfaatkan fasilitas yang sama demi terus berupaya melawan Covid-19. Pemerintah melakukan perjanjian dengan lima pemerintah daerah lainnya yaitu Bitung, Kabupaten Minahasa Utara, Medan, Sorong, dan Jayapura untuk menggunakan kapal Pelni sebagai fasilitas isoman.

Wali Kota Bitung Maurits Mantiri menuturkan, menggunakan kapal Pelni sebagai tempat isoman menjadi senjata ampuh dalam penanganan Covid-19. "Isolasi terapung menjadi solusi terkini dan terbaik. Kolaborasi ini membuktikan Indonesia siap menghadapi tantangan," kata Maurits.

Untuk memenuhi kebutuhan kapal isolasi terapung di lima daerah tersebut, empat kapal Pelni lainnya disiapkan. KM Tatamailau, KM Bukit Raya, dan KM Sirimau yang ketiganya memiliki kapasitas seribu penumpang siap dioperasikan sebagai kapal isolasi terapung. Begitu juga dengan KM Tidar yang memiliki kapasitas dua ribu penumpang juga siap singgah sebagai fasilitas isoman pasien Covid-19.  

Direktur Utama Pelni Insan Purwarisya L Tobing menuturkan, keempat kapal tersebut siap menyinggahi Bitung, Kabupaten Minahasa Utara, Medan, Sorong, dan Jayapura. KM Tatamailau akan ditempatkan di Pelabuhan Bitung untuk melayani masyarakat Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara.

Sementara itu, KM Bukit Raya akan ditempatkan di Pelabuhan Belawan untuk melayani masyarakat di Kota Medan. Lalu KM Sirimau akan ditempatkan di Pelabuhan Sorong untuk melayani masyarakat di Kota Sorong. Selanjutnya KM Tidar akan ditempatkan di Pelabuhan Jayapura untuk melayani masyarakat Jayapura.

"Menjawab permintaan pemerintah daerah untuk menggunakan kapal pelni sebagai isolasi apung dan dukungan Kemenhub, Pelni dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut," kata Insan kepada Republika, Senin (16/8).

Sterilisasi kapal pun dilakukan sebelum digunakan sebagai lokasi isoman pasien Covid-19. Insan memastikan, kelengkapan fasilitas pendukung untuk pelaksanaan isolasi terapung juga dilakukan oleh pemerintah daerah dengan sejumlah instansi terkait.

"Ini harus dilakukan demi memenuhi standar sebagai lokasi isolasi mandiri sesuai yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sebagaimana yang telah dilakukan di KM Umsini di Makassar," ungkap Insan.

Singgah sebagai kapal isolasi terapung, KM Tatamailau dan KM Sirimau memiliki 456 kasur yang dikhususkan bagi pasien dan 10 kasur bagi tenaga medis. Sedangkan KM Bukit Raya memiliki kapasitas 450 kasur bagi pasien dan 13 kasur yang dialokasikan khusus untuk tenaga medis. Sementara itu KM Tidar yang memiliki kapasitas besar memiliki kasur bagi pasien dan 56 kasur untuk tenaga medis.

Tak tanggung-tanggung, meskipun terapung di atas laut, fasilitas isoman di atas kapal Peni juga lengkap. Bahkan mungkin dengan pemandangan birunya laut dan udara yang segar diharapkan turut mempercepat penyembuhan pasien.

Insan memastikan, seluruh kapal difasilitasi dengan kamera pengawas, internet, dan poliklinik. Bahkan tersedia deck yang dapat digunakan sebagai area jogging. Belum lagi top deck yang berpotensi menjadi tempat favorit bagi pasien sebagai lokasi berjemur dan berolahraga.

"Kami harap fasilitas tersebut dapat mendukung proses pemulihan bagi pasien Covid-19 yang melakukan isolasi di atas kapal Pelni," ungkap Insan.

Di sisi lain, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menilai kapal isolasi terpusat bisa menjadi alternatif bagi para pasien Covid-19 tanpa gejala. Dengan begitu, Budi mengharapkan dapat mempercepat kesembuhan dibandingkan dengan melakukan isolasi mandiri di rumah.

"Dengan isolasi di kapal, diharapkan dapat membatasi ruang gerak penyebaran virus Covid-19 karena mobilitas pasien hanya dilakukan di atas kapal," kata Budi.

Budi pun memastikan pemerintah berkoordinasi dengan Otoritas Pelabuhan dan Syahbandar yang ada di daerah untuk membantu pemerintah daerah. Begitu juga dengan koordinasi bersama TNI dan Polri.

Budi mengatakan, meskipun kapal-kapal Pelni tersebut sedang tidak ditugaskan untuk mengangkut penumpang, tapi tetap memiliki manfaat. "Dengan menjadi kapal isolasi terapung, ini menjadi kesempatan untuk banyak menolong masyarakat," ungkap Budi.

Dengan adanya fasilitas tersebut, Budi mengharapkan kapal isolasi terapung dapat dimanfaatkan masyarakat di daerah yang membutuhkan. Dengan kolaborasi dalam membantu mengatasi dampak pandemi Covid-19, pada akhirnya juga akan membantu pemulihan ekonomi nasional.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement