Kamis 19 Aug 2021 10:53 WIB

Biden dan PM Israel akan Bahas Program Nuklir Iran

Biden dan Bennett dijadwalkan akan bertemu pada 26 Agustus.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden AS Joe Biden.
Foto: AP/Susan Walsh
Presiden AS Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett akan bertemu pekan depan. Keduanya akan membahas berbagai isu kritis terkait keamanan, termasuk program nuklir Iran.

"Presiden Biden dan Perdana Menteri Bennett akan membahas isu-isu kritis terkait keamanan regional dan global, termasuk Iran," kata sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki.

Baca Juga

Psaki mengatakan, Biden dan Bennett dijadwalkan melakukan pertemuan langsung pertama pada 26 Agustus di Gedung Putih. Pembicaraan antara Teheran dan enam kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir (JCPOA) telah terhenti. Pembicaraan dimulai pada April.

Bennett yang merupakan seorang nasionalis, menentang kesepakatan nuklir yang dihidupkan kembali. Bennett menganggap Iran yang memiliki senjata nuklir, sebagai ancaman eksistensial.

Bennett mengatakan, pertemuan dengan Biden akan fokus pada Iran. Bennett mengatakan, pertemuan itu akan fokus dengan kebijakan kemitraan yang bertujuan untuk mengekang aktivitas regional negatif Iran yang tidak stabil. Termasuk pelanggaran hak asasi manusia, terorisme dan mencegah ledakan nuklirnya yang semakin dekat.

Namun Gedung Putih mengungkapkan, kesempatan pertemuan dengan pemimpin Israel akan digunakan untuk membahas upaya memajukan perdamaian, keamanan, serta kemakmuran bagi Israel dan Palestina.

Teheran membantah bahwa mereka akan membangun senjata nukklir. Namun laporan pengawas atom PBB pada Selasa (17/8) yang dilihat oleh Reuters menunjukkan, Iran telah mempercepat pengayaan uraniumnya hingga mendekati tingkat senjata.

Pada 2018 di bawah pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, Amerika Serikat (AS) keluar dari JCPOA dan memberikan sanksi ekonomi kepada Iran. Sejak AS keluar dari JCPOA, Iran mulai meningkatkan pengayaan uranium dan melanggar batas yang telah ditetapkan. Hingga Februari lalu, Iran telah melanggar batas maksimal pengayaan uranium hingga  20 persen.

Iran menegaskan bahwa mereka akan kembali mematuhi pembatasan pengayaan uranium sesuai kesepakatan JCPOA. Namun Iran meminta AS untuk mencabut semua sanksi yang telah membuat perekonomian mereka terpuruk.

Presiden AS Joe Biden berniat untuk membawa AS kembali ke JCPOA. Namun AS menginginkan Iran terlebih dahulu membuktikan komitmennya mematuhi batasan pengayaan uranium sesuai kesepakatan. Apabila Iran telah menjalankan komitmennya, maka AS akan mencabut semua sanksinya.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement