REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Regulasi baru yang diusulkan otoritas China menjadi sentimen negatif bagi saham Alibaba Group Holding di Bursa AS. Saham raksasa teknologi itu turun tajam sebesar 4,9 persen menjadi 173,73 dolar AS pada perdagangan Selasa (17/8), terendah sejak Oktober 2019.
Rancangan pedoman baru yang dirilis oleh regulator China ini bertujuan untuk membatasi aktivitas perusahaan internet. Pedoman ini merupakan yang terbaru dari serangkaian langkah regulator China dan telah mempengaruhi pergerakan saham perusahaan teknologi.
Selain itu, bisnis China juga menghadapi tekanan dari Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa, Gary Gensler. Gary mengatakan komisi akan mengungkap beberapa tambahan data dari perusahaan China sebelum mengeluarkan izin menjual saham.
American depository receipts (ADR) milik Alibaba telah turun drastis hingga 25 persen sepanjang tahun ini. Demikian halnya dengan Tencent Holding, jumlah sertifikat surat berharga Tencent telah turun 4,1 persen.
Saham perusahaan manajemen investasi, Invesco, yang menempatkan sepertiga portfolio investasinya di perusahaan teknologi China, turun sebesar 2,4 persen pada Selasa lalu. Sepanjang tahun ini, saham Invesco telah turun menjadi 34 persen.
Sentimen lain yang menekan perusahaan China yang terdaftar di Bursa AS adalah konflik di Afghanistan. Ketidakmampuan Amerika untuk menghadapi ancaman di Afghanistan membuat pelaku pasar berpikir China akan menjadi lebih kuat.