Kamis 19 Aug 2021 12:42 WIB

90 Persen Siswa di Jakbar Sudah Divaksinasi Dosis Satu

Siswa dan orang tua murid yang mulai paham akan kebutuhan vaksin di masa pandemi.

Seorang siswa mendapatkan vaksinasi COVID-19 di SMA 38 Jakarta, Kamis (15/7/2021). Pemprov DKI Jakarta menargetkan sebanyak 1,3 juta anak dan pelajar usia 12-17 tahun dapat menerima vaksinasi.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Seorang siswa mendapatkan vaksinasi COVID-19 di SMA 38 Jakarta, Kamis (15/7/2021). Pemprov DKI Jakarta menargetkan sebanyak 1,3 juta anak dan pelajar usia 12-17 tahun dapat menerima vaksinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota Jakarta Barat menyebutkan sebanyak 69.442 siswa tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) sudah menerima suntik vaksin Covid-19 dosis satu.

Angka tersebut merupakan 90 persen dari total 77.158 siswa di Jakarta Barat yang dijadikan sasaran vaksinasi oleh pemerintah. "Jadi sekarang sudah mencapai 90 persen dari 77.158," kata Kepala Seksi Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Jakarta Barat II Masduki.

Para siswa tersebut menerima suntik vaksin di gerai yang disediakan pihak sekolah sebanyak 24 lokasi di wilayah Jakarta Barat. Masduki menilai banyak siswa dan orang tua murid yang mulai paham akan kebutuhan vaksin pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Selain itu, pemerintah mensosialisasikan manfaat vaksin secara optimal. Hal itulah, lanjut Masduki, yang menyebabkan capaian vaksinasi untuk siswa sudah mencapai 90 persen dalam waktu yang cukup singkat.

Hingga saat ini, gerai vaksin di setiap sekolah masih terbuka untuk para siswa dan masyarakat umum. "Kami tetap memaksimalkan vaksinasi terkhusus untuk para siswa," ujar Masduki.

Sebelumnya, pihak Pemerintah Kota Jakarta Barat sempat kesulitan menggelar vaksinasi massal karena kekurangan tenaga kesehatan. Alhasil, pihak Sudin Pendidikan menggandeng tenaga pengajar untuk membantu proses vaksinasi.

Namun, para tenaga pengajar tidak direkrut sebagai pemberi vaksin melainkan hanya bertugas di bagian administrasi. "Petugas sekolah juga dilibatkan sebagai tenaga kesehatan (nakes) karena mereka minimal sebagai operator, kalau untuk tupoksi penyuntikan, ya itu oleh nakes," tutur Masduki.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement