Kamis 19 Aug 2021 18:48 WIB

Ismail Sabri Berpeluang Besar Jadi PM Baru Malaysia

Ismail tampaknya memperoleh dukungan mayoritas di parlemen Malaysia

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob saat meninggalkan markas partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) ke Istana Nasional di Kuala Lumpur, Malaysia, 19 Agustus 2021. Anggota parlemen dari partai yang bersekutu dengan Perikatan Nasional (PN) telah dipanggil oleh Raja Malaysia ke Istana Nasional untuk memastikan dukungan mereka terhadap Ismail Sabri Yaakob sebagai perdana menteri berikutnya.
Foto: EPA-EFE/AHMAD YUSNI
Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob saat meninggalkan markas partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) ke Istana Nasional di Kuala Lumpur, Malaysia, 19 Agustus 2021. Anggota parlemen dari partai yang bersekutu dengan Perikatan Nasional (PN) telah dipanggil oleh Raja Malaysia ke Istana Nasional untuk memastikan dukungan mereka terhadap Ismail Sabri Yaakob sebagai perdana menteri berikutnya.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Wakil Presiden United Malays National Organization (UMNO) Ismail Sabri Yaakob diprediksi akan menjadi perdana menteri baru Malaysia. Dia akan menggantikan Muhyiddin Yassin yang mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin (16/8).

 

Baca Juga

Ismail yang saat ini berusia 61 tahun tampaknya memperoleh dukungan mayoritas di parlemen Malaysia untuk menjadi perdana menteri. Pada masa pemerintahan Muhyiddin, Ismail menjabat sebagai wakil perdana menteri. Sekretaris Jenderal UMNO Ahmad Maslan mengungkapkan, sebanyak 114 anggota parlemen dari UMNO dan partai-partai lain di bekas aliansi pemerintahan Muhyiddin telah dipanggil pihak kerajaan.

Menurut Ahmad, mereka diminta mengonfirmasi dukungan terhadap Ismaul selama audiensi singkat dengan Raja Malaysia Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah. Untuk membentuk pemerintahan baru, dibutuhkan 111 dukungan dari anggota parlemen.

 

“Dengan Ismail Sabri siap menjadi perdana menteri Malaysia berikutnya di bawah aliansi yang sama, banyak orang Malaysia akan melihatnya sebagai tidak lebih dari permainan kursi musik,” kata Ei Sun Oh, pengamat dari Singapore Institute of International Affairs, Kamis (19/8).

Ismail adalah seorang pengacara. Sebelum terjun ke politik, ia sempat mengisi beberapa jabatan penting di pemerintahan UMNO. Pada 2015, Ismail menjabat sebagai menerti perdagangan. Namun kala itu, Ismail menjadi figur kontroversial karena menyerukan konsumen Melayu memboikot pedagang Cina. Dia juga dikecam karena mendukung industri vaping yang didominasi warga Melayu sebagai pelaku usahanya.

Ismail diangkat menjadi menteri pertahanan ketika Muhyiddin Yassin berhasil mengambil alih kekuasaan dari Mahathir Mohamad pada Maret 2020. Dia kemudian dipromosikan menjadi wakil perdana menteri pada Juli.

Langkah itu diambil ketika Muhyiddin berusaha merayu dukungan dari UMNO yang tampaknya tak senang berkoalisi dengan partai kecilnya, yakni Partai Pribumi Bersatu Malaysia. Muhyiddin, dalam sebuah pernyataan, telah memberi dukungan kepada Ismail untuk menjadi perdana menteri baru. Alasannya demi stabilitas politik hingga Malaysia dapat menggelar pemilu kembali.

Jalan Ismail menjadi perdana menteri memang sangat terbuka. Kandidat lain yang turut membidik posisi tersebut adalah Anwar Ibrahim. Dia memimpin aliansi tiga partai yang merupakan blok oposisi terbesar dengan 88 suara. Meski demikian, jika semua partai oposisi mendukung Anwar untuk menjabat sebagai perdana menteri, dia hanya memperoleh 105 suara.

 

 

 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement