REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan, menyoroti pembelahan yang terjadi di masyarakat akibat politik.
Dia juga menyayangkan adanya upaya untuk memecah belah bangsa dengan politik SARA, dan politik identitas.
"Perbedaan keimanan kembali disoal, sukuisme diperkuat, wacana Tionghoa pribumi dimunculkan kembali, mayoritas minoritas dibenturkan, aku Pancasila dikontraskan dengan kamu bukan Pancasila. Cebong vs Kampret, Buzzer vs Kadrun. Sedih kita. Padahal kita sudah 76 tahun merdeka mengapa mesti mundur lagi?" kata Zulkifli dalam pidatonya di peringatan HUT CSIS ke-50, Kamis (19/8).
Zulkifli mengatakan, para ulama di masa lalu sudah mengalah untuk tidak memasukan tujuh kata ke dalam Piagam Jakarta. Karena itu ia menyayangkan jika perbedaan di masyarakat saat ini kembali dipersoalkan.
"Ulama-ulama kita dengan rendah hati mengalah untuk kepentingan yang besar, hapus tujuh kata, asal bangsa Indonesia bersatu, itu 76 tahun yang lalu," ujarnya.
Wakil ketua MPR itu menilai dalam menyongsong Indonesia emas 2045, seluruh elemen bangsa Indonesia seharusnya kembali pada cita-cita awal pendirian republik.
Menurutnya bangsa Indonesia sudah mempunyai landasan yang kokoh menuju indonesia 100 tahun 200 tahun mungkin ribuan tahun.
"Jika kita konsisten dan berkomitmen memegang teguh indonesia bersatu berdaulat berorientasi pada kemakmuran keadlan sosial bagi seluruh rakyat indonesia itu maka impian indonesia menjadi negara besar dengan prestasi gemilang insya Allah akan terwujud," ucapnya.
Terakhir dirinya mengajak seluruh pihak untuk meneguhkan kembali janji kebangsaan. Menurutnya cita-cita bangsa Indonesia tidak hanya untuk satu golongan saja, tetapi untuk semua golongan.