REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari, Kamran Dikarma, Fergi Nadira
Malaysia diperkirakan akan tetap berada dalam kondisi politik yang tidak stabil jika Ismail Sabri Yaakob terpilih sebagai Perdana Menteri Malaysia yang baru. Pasalnya, Ismail diprediksi hanya akan meraih 115 suara dari anggota parlemen, jumlah yang sedikit lebih banyak dari batas minimum suara yang diperlukan untuk meraih dukungan parlemen.
Hari ini Yang di-Pertuang Agong sudah memanggil 114 anggota parlemen ke Istana Negara untuk diverifikasi dukungannya bagi satu dari dua kandidat perdana menteri (PM). Selain Ismail, ada pimpinan oposisi Datuk Seri Anwar Ibrahim yang juga berkeinginan menjabat PM Malaysia.
Dikutip dari Strait Times, Kamis (19/8), Raja diprediksi akan mengusulkan persatuan untuk mengakhiri perpecahan politik yang selama ini terjadi di Malaysia. Perpecahan tersebut pasalnya berdampak ke fokus penanganan Covid-19. Harapannya setidaknya perpecahan bisa dicegah sampai Malaysia dapat menggelar pemilu dengan risiko minimal.
"Kami harap Raja akan memanggil anggota parlemen terpilih dan bertanya jika mereka siap untuk menjadi perdana menteri dan membentuk pemerintah yang bersatu," kata profesor Awang Azman Awang Pawi dari University of Malaya. "Jika angka (dukungannya) bertahan di 115, maka pemerintahan baru akan rapuh, mudah goyah, dan tidak stabil seperti pemerintahan Muhyiddin, karena ada banyak konflik di partai."
Awang menganjurkan pemerintahan yang bersatu sebagai solusi bagi krisis kepemimpinan di Malaysia. Ia mengatakan, warga Malaysia tidak suka melihat politikus yang sama terus berputar di pemerintahan selanjutnya.
"Rakyat tidak anggur lama di botol baru. Rakyat ingin mengganti busnya, bukan cuma sopirnya. Jadi pada akhirnya, pemerintah yang bersatu harus dibuat untuk memastikan tidak ada lagi konflik. Masyarakat ingin formula baru untuk menangani pandemi, pengangguran yang berkurang, dan ekonomi yang meningkat," katanya.
Pengamat lain dari Asia Institute Tasmania di University of Tasmania, James Chin, mengatakan pemerintah baru harus lebih stabil. Setidaknya, kata dia, butuh dukungan suara 125 anggota parlemen.
"Untuk pemerintahan yang lebih stabil, dia butuh... Setidaknya 125 atau 130 suara lebih," ujarnya.
Jika Ismail Sabri ingin menang sekarang, koalisinya akan sangat mudah goyah. Beberapa atau mungkin semua anggota Bersatu tidak bahagia mereka sekarang ada di posisi nomor dua.
"Mereka pasti akan mencoba menggoyahkan posisi. Kemungkinan lain ada sosok di UMNO yang juga tidak bahagia dengan Ismail Sabri dan ingin menggantikannya," kata Oh Ei Sun, senior fellow di Singapore Institute of International Affairs, dikutip dari Malay Mail.
Wakil Presiden United Malays National Organization (UMNO) Ismail Sabri Yaakob diprediksi akan menjadi perdana menteri baru Malaysia. Dia menggantikan Muhyiddin Yassin yang mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin (16/8).
Ismail yang saat ini berusia 61 tahun tampaknya memperoleh dukungan mayoritas di parlemen Malaysia untuk menjadi perdana menteri. Pada masa pemerintahan Muhyiddin, Ismail menjabat sebagai wakil perdana menteri. Sekretaris Jenderal UMNO Ahmad Maslan mengungkapkan, sebanyak 114 anggota parlemen dari UMNO dan partai-partai lain di bekas aliansi pemerintahan Muhyiddin telah dipanggil pihak kerajaan.
Menurut Ahmad, mereka diminta mengonfirmasi dukungan terhadap Ismail selama audiensi singkat dengan Raja Malaysia Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah. Untuk membentuk pemerintahan baru, dibutuhkan 111 dukungan dari anggota parlemen.
“Dengan Ismail Sabri siap menjadi perdana menteri Malaysia berikutnya di bawah aliansi yang sama, banyak orang Malaysia akan melihatnya sebagai tidak lebih dari permainan kursi musik,” kata Ei Sun Oh, pengamat dari Singapore Institute of International Affairs, Kamis (19/8).