Jumat 20 Aug 2021 11:26 WIB

Studi: Efektivitas Pfizer Turun Lebih Cepat dari AstraZeneca

Efektivitas vaksin Pfizer dan AstraZeneca turun tiga bulan setelah dosis kedua.

Rep: Santi Sopia, Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin Covid-19 Pfizer. Meski unggul dalam perlindungan awal, studi terbaru mengungkap bahwa efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech terhadap varian delta yang kini mendominasi merosot seiring waktu. Terlepas dari itu, efektivitasnya masih di atas yang disyaratkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Foto: AP/Vincent Thian
Vaksin Covid-19 Pfizer. Meski unggul dalam perlindungan awal, studi terbaru mengungkap bahwa efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech terhadap varian delta yang kini mendominasi merosot seiring waktu. Terlepas dari itu, efektivitasnya masih di atas yang disyaratkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua pekan setelah pemberian dosis kedua, vaksin Pfizer-BioNTech diketahui memiliki efektivitas 93 persen terhadap Covid-19. Sementara itu, angkanya pada vaksin Oxford-AstraZeneca 71 persen.

Meski unggul dalam perlindungan awal, studi terbaru mengungkap bahwa efektivitas vaksin Pfizer-BioNTech terhadap varian delta yang kini mendominasi merosot seiring waktu, sementara daya proteksi vaksin Oxford-AstraZeneca secara umum tidak terlalu banyak berubah. Efektivitas Pfizer tampak menurun dalam tingkat yang lebih cepat dibandingkan AstraZeneca.

Baca Juga

Tim peneliti dari University of Oxford menemukan ada sedikit perubahan dalam efektivitas vaksin AstraZeneca tiga bulan setelah pemberian dosis kedua. Penurunan perlindungan yang diberikan oleh vaksin Pfizer juga tampak jelas selama jangka waktu yang sama.

Menurut peneliti, hasil studi yang belum ditinjau sejawat ini menunjukkan bahwa setelah lima bulan, kemanjuran kedua vaksin ini kurang-lebih akan serupa. Terlepas dari itu, keefektifannya tetap masih berada di atas syarat 50 persen yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Penting untuk dicatat bahwa efektivitas vaksin secara keseluruhan masih sangat tinggi," kata Dr Koen Pouwels, peneliti senior di Departemen Kesehatan Masyarakat Nuffield University of Oxford, dilansir Independent, Kamis (19/8).

Baca juga : Terbukti Efektif, Relaksasi PPnBM Otomotif Agar Diperpanjang

Studi yang dilakukan dalam kemitraan dengan Kantor Statistik Nasional (ONS) dan Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial (DHSC) itu melihat data antara Desember 2020 hingga Agustus 2021 dari Survei Infeksi Covid-19. Mereka menganalisis hasil tes swab dari lebih dari 700 ribu peserta sebelum dan setelah 17 Mei 2021, ketika varian delta menjadi varian utama di Inggris.

Analisis mengungkapkan bahwa untuk infeksi dengan viral load tinggi, perlindungan sebulan setelah dosis kedua vaksin Pfizer adalah 90 persen lebih besar daripada individu yang tidak divaksinasi. Namun, kemanjurannya berkurang menjadi 85 persen setelah dua bulan dan 78 persen setelah tiga bulan.

Untuk AstraZeneca, angka perlindungannya adalah 67, 65, dan 61 persen untuk jangka waktu yang sama. Dr Pouwels mengatakan, tim peneliti meyakini bahwa angka tersebut "benar-benar menunjukkan penurunan" untuk vaksin Pfizer.

Sementara itu, untuk AstraZeneca, perbedaannya sesuai dengan peluang, yaitu tidak mungkin tak ada perubahan sama sekali dalam perlindungan dari vaksin. Sarah Walker, seorang profesor statistik medis di Oxford dan kepala penyelidik studi mengatakan, ada fakta bahwa orang dapat terkena virus dengan tingkat tinggi kendati sudah divaksin.

Hanya saja, orang yang belum divaksinasi tentunya lebih tidak terlindungi. Gejala pada orang yang telah divaksin dapat lebih ringan atau bahkan tidak ada sama sekali.

"Ini berarti penting bagi sebanyak mungkin orang untuk mendapatkan vaksinasi, baik di Inggris maupun di seluruh dunia," ujar Walker.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement