REPUBLIKA.CO.ID, KALIFORNIA -- Facebook meluncurkan kontrol pengguna baru untuk orang-orang di Afghanistan. Orang Afghanistan ingin menghapus jejak digital karena khawatir ponsel atau komputer mereka dapat disita oleh Taliban dan menjadi alasan untuk melakukan kekerasan.
WhatsApp, aplikasi perpesanan populer di Afghanistan yang digunakan Taliban dalam beberapa hari terakhir untuk menyebarkan berita tentang pengepungan Kabul pada Ahad (15/8), juga dimiliki oleh Facebook.
Dilansir dari NBC News, Jumat (20/8), di antara fitur keamanan baru yang dirilis Facebook untuk pengguna Afghanistan adalah alat sekali klik yang memungkinkan orang mengunci akun mereka dengan cepat. Ini dapat mencegah orang yang belum berteman dengan pengguna mengunduh gambar profil mereka atau melihat postingan mereka, menurut Nathaniel Gleicher, kepala keamanan di Facebook.
Di Instagram, yang juga dimiliki Facebook, perusahaan menawarkan pesan pop up baru untuk memperingatkan pengguna tentang cara mengamankan akun mereka.
“Selama sepekan terakhir, tim kami telah bekerja sepanjang waktu untuk melakukan segala yang kami bisa untuk menjaga orang tetap aman,” kata Gleicher di Twitter.
Gleicher menambahkan Facebook telah menciptakan “pusat operasi khusus” untuk membantu menanggapi krisis yang bergerak cepat di negara itu. Facebook mendesak orang-orang untuk berkonsultasi dengan seperangkat alat keamanan digital yang dibuat oleh organisasi hak asasi manusia untuk mengamankan kehidupan digital mereka dengan lebih baik.
Fitur keamanan baru Facebook mengikuti apa yang digambarkan oleh pekerja hak asasi manusia sebagai kebutuhan mendesak untuk melindungi orang-orang di Afghanistan yang takut jejak kehidupan online mereka dapat digunakan sebagai alasan untuk melakukan kekerasan terhadap mereka dan keluarga mereka.
Perusahaan tidak menjelaskan apakah mereka telah menerjemahkan sumber daya baru dan halaman bantuannya ke dalam bahasa Pashto dan Dari, dua bahasa utama di Afghanistan.
“Orang-orang di Afghanistan ingin menghapus jejak digital mereka sekarang karena mereka tidak ingin mempertaruhkan nyawa atau keamanan fisik mereka dengan cara apa pun,” kata Nighat Dad, seorang pengacara dan aktivis hak internet yang merupakan direktur eksekutif Yayasan Hak Digital yang berbasis di Pakistan dan melayani di Dewan Pengawas Facebook.