REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingatkan Provinsi Jawa Timur yang masih memiliki angka kematian yang sangat tinggi, yakni mencapai 7,1 persen. Hal ini disampaikannya saat memberikan pengarahan kepada Forkopimda se-Provinsi Jawa Timur di Pendopo Ronggo Djoemeno, Madiun, Kamis (19/8) kemarin.
“Yang berkaitan dengan angka kematian, hati-hati di Jawa Timur tinggi sekali 7,1 persen. Hati-hati ini tinggi sekali, tinggi sekali,” kata Jokowi dalam arahannya yang diunggah di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (20/8).
Ia menilai, penyebab tingginya angka kematian di provinsi ini kemungkinan karena adanya pasien isolasi mandiri yang tak segera dibawa ke isolasi terpusat. Sehingga kondisi pasien menjadi berat ketika dibawa ke rumah sakit dan terlambat mendapatkan penanganan.
“Saturasinya sudah turun baru dibawa ke rumah sakit, terlambat. Banyak di situ,” tambahnya.
Selain itu, tingginya angka kematian juga disebabkan karena faktor adanya komorbid pasien. Karena itu, Jokowi menekankan bahwa isolasi terpusat menjadi kunci utama untuk mencegah terjadinya penyebaran kasus dan menekan angka kematian.
Presiden pun meminta seluruh pemimpin daerah hingga Pangdam dan Kapolda agar mengetahui secara detil kondisi perkembangan kasus di daerahnya. Ia juga menekankan diperlukannya kepemimpinan lapangan untuk mengantisipasi penyebaran yang semakin meluas di masing-masing daerahnya.
“Bapak ibu semuanya harus tahu posisi oksigen kota saya, kabupaten saya habis berapa minggu lagi, misalnya. Obat-obatan yang enggak siap apa harus tahu hariannya, jangan sampai itu habis atau terlambat,” ujar Jokowi.