REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Suryarandika, Antara
Penemuan jasad ibu dan anak dalam bagasi mobil di Subang, Jawa Barat, mengejutkan. Motif di balik kejahatan tersebut belum diungkap kepolisian.
Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel berharap kepolisian membuka diri terhadap segala kemungkinan penyebab pembunuhan. Polisi jangan tak hanya menggantungkan dugaan dari tak adanya barang berharga yang hilang.
Reza pasalnya melihat kasus ini tak bisa langsung disebut kejahatan emosional atau dendam, hanya karena belum ada laporan kehilangan. "Karena tidak ada barang yang hilang di TKP, maka polisi berasumsi ini bukan kejahatan instrumental. Persoalannya, barang berharga tidak selalu berada di dalam rumah (lokasi kejadian). Sawah, ternak, kendaraan bermotor yang tidak di garasi, perhiasan di safe deposit box," kata Reza kepada Republika, Jumat (20/8).
Reza tak menampik kemungkinan kasus ini dilatarbelakangi rasa kesal atau dendam pelaku kepada korban. Hanya saja, dugaan itu mesti diselidiki secara mendalam dan cermat agar menghindari kesalahan.
"Jadi, selama proses penyelidikan, polisi sepatutnya tetap membuka diri untuk kemungkinan bahwa kasus pembunuhan yang sedang ditangani adalah kejahatan instrumental (motif ekonomi)," ujar Reza.
Salah satu barang bukti ialah papan kayu untuk mencuci (penggilasan) yang diduga jadi alat memukul korban karena papan itu berlumuran darah. Ia menduga korban diduga dipukul saat berbaring telentang karena lukanya di bagian dahi.
"Mungkin saat itu korban sedang tidur. Dugaan lho, ya," ucap Reza.
Selain itu, Reza menganalisa pelaku memang berniat membuang jasad korban. Hal ini dibuktikan dengan usaha pelaku memasukkan jasad korban ke dalam mobil. Ia menduga kepolisian bisa memanen bukti tambahan dengan memeriksa bagian mobil.
"Jasad dimasukkan ke mobil karena mau dibuang. Terlebih di bagasi, untuk memperkecil kemungkinan terlihat oleh orang. Cek sidik jari di pegangan pintu mobil," tutur Reza.
Krimonolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, menganalisa ada motif dendam di balik pembunuhan tersebut. Adrianus menyebut kemungkinan dendam pelaku bisa terhadap suami korban atau kepada korban itu sendiri. Bila menyasar suami korban, ada kemungkinan pembunuhan ini salah sasaran.
"Besar kemungkinan pelaku memiliki motif sakit hati hingga dendam entah kepada korban atau suami korban. Kalau dendam kepada suami, maka keluarga yang ada menjadi sasaran peralihan dendam atau anger displacement," kata Adrianus.
Selain itu, Adrianus menduga pelaku telah dikenal korban. Bahkan tak menutup kemungkinan pernah tinggal bersama korban. Dugaan itu dilandasi Adrianus dari ketiadaan tanda-tanda perusakan rumah dan korban yang seorang ibu dibunuh tanpa perlawanan.
"Ini mengindikasikan pelaku bisa langsung masuk dengan mudah ke wilayah pribadi korban. Korban bisa sedang tidur atau memang tidak mampu melawan karena sudah terpepet. Perlawanan baru diberikan korban anak," ujar Adrianus.
Sama seperti Reza, setelah pembunuhan terjadi, Adrianus menduga pelaku sempat berpikir untuk membuang jenazah korban. Niat tersebut menyebabkan letak jasad kedua korban yang berada di dalam mobil.
"Pelaku membawa korban keluar rumah untuk dibuang. Namun tak jadi dan memilih membersihkan diri sebelum kabur," ucap Adrianus.
Adrianus menyarankan pihak kepolisian lebih cermat memeriksa mobil dimana jenazah korban ditemukan. Ia menduga ada segudang petunjuk disana yang bisa mengarah kepada pelaku.
"Saya kira akan banyak sidik jari tertinggal di TKP yang bisa bicara tentang siapa pelaku," sebut Adrianus.
Sebelumnya, dua jasad ibu dan anak berinisial AMR (23) dan TH (55) ditemukan tewas di bagasi sebuah mobil Alphard di halaman kediamanannya yang berada di kawasan Jalan Cagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (18/8). Penemuan jenazah itu berawal dari laporan suami korban ketika pulang ke rumahnya. Saat itu, sang suami menemukan rumahnya dalam kondisi tidak wajar.
Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Subang sudah melakukan pemeriksaan kepada 17 orang saksi terkait kasus pembunuhan ibu dan anak di bagasi mobil. Kapolres Subang AKBP Sumarni mengatakan, 17 orang itu terdiri dari anggota keluarga korban, orang-orang terdekat, tetangga, dan pengurus RT setempat.
"Jadi kita masih melakukan analisa lah, masih memperdalam, insya Allah sudah ada titik terangnya, jadi kami mohon waktu, bisa untuk dapat mengungkap pelaku pembunuhan ini," kata Sumarni saat dihubungi.
Selain memeriksa belasan saksi, kepolisian juga telah mengamankan sejumlah barang bukti yang ditemukan di lokasi. Di antaranya yakni alat cucian kayu, pisau, karpet dengan bercak darah, dan sidik jari.
Dari hasil autopsi, korban yang berinisial TH (mengalami luka di bagian kepala. Sedangkan korban yang berinisial AM mengalami luka di bagian mata.
Diduga para korban mengalami luka itu akibat benturan benda tumpul. "Dari hasil pemeriksaan juga diduga korban itu diseret dari kamar, menuju ke mobil karena ada sisa jejak tanah di belakang badan korban," kata Sumarni.
Sejauh ini, Sumarni menyatakan belum ditemukan motif perampokan atau pemerkosaan atas adanya peristiwa tersebut. Karena barang-barang berharga korban masih lengkap berada di rumahnya, dan korban AM pun tidak ditemukan tanda-tanda pemerkosaan.
Sumarni menyebut barang yang masih belum ditemukan yakni ponsel milik korban AM. "Ponselnya belum ditemukan itu, masih kita cari, tapi belum mengarah ke motif perampokan, karena barang-barang berharga itu tidak ilang, mobil tidak ilang, yang lainnya masih utuh, barang-barang ada, uang ada, kalung ada," kata Sumarni.