REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Cakupan vaksinasi yang luas diharapkan dapat membentuk herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap Covid-19. Namun, keberadaan varian delta yang mudah menular dinilai menjadi hambatan besar dalam terwujudnya harapan tersebut.
Pernyataan tersebut sejalan dengan data terbaru dari studi Real-time Assessment of Community Transmission 1 (REACT 1). Studi tersebut menunjukkan bahwa vaksin-vaksin Covid-19 saat ini hanya memiliki efektivitas sebesar 49 persen dalam melawan SARS-CoV-2 varian delta. Temuan ini telah dipublikasikan dalam bentuk pracetak sebelum memasuki tahap peninjauan sejawat.
Studi REACT 1 ini melakukan pengetesan Covid-19 acak terhadap sekitar 150 ribu orang di Inggris. Dari pengetesan tersebut, peneliti mendapati bahwa varian delta sudah mendominasi kasus Covid-19 dan telah menurunkan efektivitas vaksin Covid-19 menjadi 49 persen.
Temuan ini yang membuat Prof Pollard menilai bahwa pembentukan kekebalan kelompok tak bisa terjadi di tengah merebaknya varian delta. Bila Covid-19 masih bisa mengenai sejumlah besar orang yang sudah divaksinasi lengkap, maka mereka yang tidak memiliki imunitas atau belum divaksinasi akan rentan terhadap infeksi.
"Itu berarti bahwa siapa pun yang masih belum divaksinasi, pada suatu titik akan bertemu virus (SARS-CoV-2) ini. Dan kita tak memiliki apa pun yang akan menghentikan transmisi tersebut sepenuhnya," kata Prof Pollard, seperti dilansir Medical News Today.
Kekebalan kelompok itu terjadi ketika sebagian besar orang dalam sebuah populasi telah memiliki imunitas terhadap suatu penyakit menular. Kondisi tersebut akan membuat orang-orang yang belum memiliki imunitas dalam populasi tersebut ikut terlindungi secara tidak langsung dari risiko penularan penyakit.