Sabtu 21 Aug 2021 02:17 WIB

Gereja Masih Mengkaji SK Pelonggaran Aktivitas Ibadah

Sejumlah tokoh dan pengurus rumah peribadatan pun mulai menggodok aturan tersebut.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah umat menaiki tangga sebelum ibadah
Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA
Sejumlah umat menaiki tangga sebelum ibadah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah berencana melakukan pelonggaran aktivitas bagi rumah ibadah selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Sejumlah tokoh dan pengurus rumah peribadatan pun mulai menggodok aturan tersebut.

Sekretaris Jenderal Keuskupan Agung Jakarta Rama Adi Prasojo mengatakan, pihaknya masih menggodok Surat Keputusan (SK) pelonggaran aktivitas di rumah ibadah.

“Jadi kami masih menggodok SK terbaru ini,” kata Rama Adi saat dihubungi Republika, Jumat (20/8).

Dia menyebutkan, apabila SK terbaru telah dikeluarkan maka gereja akan mulai membuka peribadatan secara offline di tanggal 28 atau 29 Agustus 2021. Namun prinsipnya, dia menegaskan, peribadatan dilakukan dengan menaati protokol kesehatan (prokes) dengan presentase kehadiran jamaah hanya 20 persen dari kapasitas gereja.

Rama Adi menyebut, para jemaat yang hendak menghadiri aktivitas peribadatan di gereja pun diwajibkan untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu melalui online. Rohaniawan Katolik Romo Benny Susetyo menambahkan, pihak gereja akan menjalankan prokes dengan ketat apabila aturan pelonggaran peribadatan rumah ibadah dilangsungkan.

Seperti mengikuti misa dengan harus mendaftarkan lingkungan. Tak hanya itu, dia menenkankan bahwa jumlah umat yang hadir pun tak boleh lebih dari 20 persen dari kapasitas gereja. Pihaknya menegaskan bahwa gereja mengikuti semua aturan prokes demi kesehatan dan keselamatan warga.

“Kegiatan banyak dilakukan secara online, dan misa juga disiarkan di TVRI dan jaringan Youtube,” kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement