REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Ismail Sabri Yakoob telah ditunjuk sebagai Perdana Menteri baru Malaysia, Jumat (20/8). Pelantikannya akan dilakukan pada Sabtu (21/8) waktu setempat.
Pengawas Keuangan Rumah Tangga Kerajaan untuk Istana Negara Datuk Ahmad Fadil Shamsuddin mengatakan, Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah telah menetapkan penunjukan Ismail Sabri sebagai perdana menteri kesembilan menyusul pertemuan khusus yang melibatkan Penguasa Melayu pada Jumat sore.
"Sesuai dengan Pasal 40(2)(a) dan Pasal 43(2)(a) Konstitusi Federal, Yang Mulia telah menetapkan Ismail Sabri sebagai perdana menteri kesembilan," kata Fadil dalam sebuah pernyataan dikutip laman The Star.
Fadil juga mengatakan, pelantikan Ismail Sabri sebagai Perdana Menteri akan dilakukan pada Sabtu (21/8) pukul 14.30 WIB di Istana Negara.
Partai politik dengan pemerintahan terlama di Malaysia, United Malays National Organization (UMNO) merebut kembali jabatan perdana menteri. UMNO yang berkuasa sejak 1957 memang sempat terguling dari sasana kekuasaan pada pemilu 2018.
Ismail yang saat ini berusia 61 tahun memperoleh dukungan mayoritas di parlemen Malaysia untuk menjadi PM baru. Raja membeberkan bahwa Ismail telah mendapatkan dukungan dari 114 anggota parlemen untuk mayoritas tipis. Pengumuman penunjukan Ismail muncul setelah raja bertemu dengan penguasa negara Melayu.
Peran raja sebagian besar bersifat seremonial di Malaysia, namun dia menunjuk orang yang diyakini memiliki dukungan mayoritas di Parlemen sebagai perdana menteri. Sultan Abdullah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia berharap penunjukan Ismail akan mengakhiri gejolak politik negara itu. Dia mendesak anggota parlemen untuk mengesampingkan perbedaan politik dan bersatu untuk mengatasi pandemi yang memburuk di negara itu.
"Penunjukan Ismail memang tidak terduga. Dengan ini, UMNO kini kembali ke kursi pengemudi," kata pakar Asia di University of Tasmania Australia, James Chin.
Ismail mengalahkan pemimpin oposisi Anwar Ibrahim yang aliansi tiga partainya memperoleh 88 suara. Bahkan jika semua partai oposisi mendukung, dia masih kalah dengan 105 suara.
Kendati begitu, warga Malaysia yang marah telah meluncurkan petisi di media sosial untuk memprotes pencalonan Ismail. Lebih dari 340 ribu tanda tangan dikumpulkan sejauh ini. Banyak yang percaya pilihan Ismail akan memulihkan status quo, dengan tanggapan yang dianggap gagal terhadap pandemi yang memburuk.
Malaysia memiliki salah satu tingkat infeksi dan kematian Covid-19 per kapita tertinggi di dunia, meskipun keadaan darurat tujuh bulan dan penguncian sejak Juni. Infeksi baru harian meningkat lebih dari dua kali lipat sejak Juni mencapai rekor baru 23.564 pada Jumat sehingga menjadikan total negara itu menjadi lebih dari 1,5 juta kasus. Kematian telah melonjak hingga di atas 13 ribu sejak awal pandemi.