REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membaca Alquran dan bershalawat atas Nabi Muhammad SAW merupakan suatu ritual ibadah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Karena, membaca Alquran akan mendatangkan pahala dan membaca sholawat memiliki banyak keutamaan.
Rasulullah sendiri menjanjikan bahwa orang yang membaca Alquran akan mendapatkan pahala 10 per huruf. Dalam hadits dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi SAW bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
"Siapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka dia mendapat satu pahala. Dan setiap pahala itu dilipatkan menjadi 10 kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR. Turmudzi 3158 dan dishahihkan al-Albani)
Namun, bagaimana hukum membaca Alquran dan sholawat tanpa memahami maknanya?
Jawabannya dapat ditemukan di dalam kitab Nihayatuz Zain,
وقال الشنواني فقد قال الأكابر الأخيار إن الشخص لا يثاب على الذكر إلا إذا عرف معناه واستحضره ولو إجمالا ما عدا القران والصلاة والسلام على النبي المختار
Imam al-Syanwani berkata, “Pemuka kaum sufi berkata bahwa seseorang tidak akan mendapatkan pahala dzikir melainkan ia mengetahui maknanya dan menghayatinya meskipun itu secara umum, kecuali bacaan Alquran dan sholawat kepada Nabi Alquran.”
Imam Syanwani adalah seorang ulama Mazhab Syafi’i yang besar dalam abad ke-8. Ia merupakan sosok alim yang produktif. Diantara karya-karyanya adalah Hasyiah am-Syanwani ala al-Mukhtasar Abi Jamrah dan Hasyiah Syarah Abd al-Salam.