REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Irjen Argo Yuwono, mengatakan 53 orang pelaku tindak pidana terorisme berencana melakukan aksi teror saat Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia ke-76. Puluhan terduga teroris tersebut, ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri selama dua pekan terakhir.
"Memang, kelompok JI sendiri dan dia ingin menggunakan momen 17 Agustus hari kemerdekaan," ujar Argo di Mabes Polri, Jumat (20/8).
Argo mengatakan, kepastian itu didapatkan tim Densus 88 usai melakukan pemeriksaan terhadap para tersangka yang ditangkap itu. Dari pemeriksaan itu juga diketahui puluhan orang tersebut diketahui berasal dari jaringan Jamaah Islamiyah. Namun, Argo tidak merinci lebih lanjut mengenai rencana teror yang akan dilakukan oleh jaringan teroris itu.
"Jadi, sebelum (melakukan teror), sudah kami lakukan penangkapan atau pengamanan terhadap beberapa orang, 53 orang yang tersebar di 11 Provinsi mulai dari 12 Agustus sampai dengan 17 Agustus," kata Argo.
Argo melanjutkan, 53 orang itu ditangkap di 11 provinsi. Rinciannya, delapan orang ditangkap di wilayah Sumatra Utara. Kemudian, tujuh orang di wilayah Lampung, tiga orang di wilayah Jambi.
Sebanyak tiga orang ditangkap di Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan tiga orang. Di Banten enam orang. Di wilayah Jakarta Barat empat orang. Lalu, sebanyak enam orang ditangkap di Jawa Timur. Selanjutnya, tiga orang ditangkap di Jambi, tujuh orang ditangkap di Lampung dan satu orang ditangkap di Kalimantan Barat.
"Dari puluhan ini, sebanyak 50 orang adalah jaringan Jamaah Islamiyah. Lalu, tiga orang merupakan pendukung ISIS di Kalimantan Timur," ucap Argo.
Sementara itu, Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Antiteror Mabes Polri, Kombes Aswin Siregar, mengatakan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) di Indonesia dapat bergerak secara senyap agar tak terdeteksi aparat. Bahkan jaringan itu diduga ikut berpolitik di Indonesia. Juga tergambar dari sejumlah pengungkapan modus operandi yang digunakan oleh jaringan teroris ini untuk menggalang dana dari masyarakat.
"Menggunakan kotak amal atau mengadakan kegiatan lain yang bernuansa keagamaan Islam," kata Aswin.
Aswin menjelaskan, penangkapan tersangka teroris dari jaringan Jamaah Islamiyah selalu mengalami peningkatan yang drastis. Namun jumlah tangkapan itu terbanyak jika dibandingkan dengan kelompok lain. Jamaah Islamiyah terserbut merupakan organisasi teror yang tersebar di wilayah Asia Tenggara. Kelompok ini bertanggung jawab atas serangan bom Bali pada 2002 lalu.
"Pada 2019 ada 25 orang, tahun 2020 ada 64 orang dan sekarang (2021) sampai dengan Agustus saja sudah 123 orang," ucap Aswin.