REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap manusia yang percaya dengan kehidupan setelah kematian pastilah mengharapkan mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Namun, seringkali manusia mengejar sesuatu yang salah ketika ingin mendapatkan kemuliaan di dunia.
Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Al-Hikam memberi nasihat agar manusia tidak mengejar kemuliaan yang fana. "Jika kamu ingin mendapatkan kemuliaan yang tidak rusak, maka jangan membanggakan kemuliaan yang rusak." (Al-Hikam).
Terjemah kitab Al-Hikam karya Ustadz Bahreisy menerangkan kemuliaan yang tidak rusak atau abadi hanya kemuliaan milik Allah SWT. Maka bersandar dan bergantunglah hanya kepada Allah yang kekal.
Jika manusia mencari kemuliaan melalui kekayaan harta benda, kedudukan, pangkat, kekuasaan, semua itu sebenarnya tidak kekal. Maka siapa pun yang bersandar dan bangga dengan kepalsuan, pastilah akan binasa bersama dengan yang dibanggakannya.
Allah berfirman, "Apakah mereka mengharapkan terhadap sesuatu yang mereka sanjung suatu kemuliaan, ketahuilah sesungguhnya kemuliaan itu semuanya milik dan hak Allah."
Ada sebuah hikayat, seseorang datang kepada Raja Harun Ar-Rasyid untuk memberi nasihat. Tiba-tiba Harun Ar-Rasyid marah kepadanya, kemudian memerintahkan kepada pengawalnya untuk mengikat orang itu bersama dengan keledainya yang liar supaya mati ditendang keledai. Setelah perintah itu dilaksanakan tiba-tiba keledai itu menjadi jinak kepada orang yang akan dihukum.
Kemudian Harun Ar-Rasyid menyuruh supaya orang itu dimasukkan ke dalam rumah dan pintunya ditutup dengan dinding, supaya mati di dalamnya. Tiba-tiba orang yang dipenjara di dalam rumah itu telah berada di kebun, sementara pintu rumah tetap tertutup.
Maka Harun Ar-Rasyid bertanya, "Siapa yang mengeluarkan kamu dari rumah?" Dia menjawab, "Yang memasukkan saya ke dalam kebun." Harun Ar-Rasyid bertanya lagi, "Siapa yang memasukkan kamu ke dalam kebun?" Dia menjawab, "Yang mengeluarkan aku dari rumah."
Kemudian Harun Ar-Rasyid memerintahkan lagi pengawalnya untuk membawa orang itu di atas kendaraan dan dibawa keliling kota. Sambil memberitahu kepada orang-orang, "Ingatlah, Harun Ar-Rasyid tidak bisa menghina orang yang telah dimuliakan oleh Allah."