REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Di tengah wabah pandemi yang masih belum diketahui kapan akan berakhir masyarakat Indonesia masih tetap perlu mewaspadai gerakan penguatan politik identitas agama yang ada di dalam media sosial.
"Agama menjadi rujukan yang banyak diminati, agama juga menjadi kekuatan etis dan moral yang mendorong perubahan masyarakat, agama berperan menjadi solusi," kata Wakil Ketua DPR RI, Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin), dalam Webinar yang bertajuk "Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Menangkal Radikalisme", Jumat (20/8).
"Di sisi yang lain agama kemudian subur, kemudian dimanfaatkan kelompok-kelompok yang melihat agama sebagai sarana untuk mencapai tujuan politik, tujuan ideologis, tujuan semangat negatif, salah satunya melalui jaringan media sosial," lanjutnya.
Gus Muhaimin menyarakan kepada seluruh stakeholder untuk menjembatani semangat keagamaan dengan kebhinekaan yang dimiliki Indonesia agar ideologi radikalisme tidak berkembang dengan pesat
"Dalam posisi seperti ini kita harus memiliki kemampuan semangat dan sekaligus intensitas untuk menjembatani semangat keagamaan ini dengan kesadaran untuk tidak mudah dimanfaatkan, nah suburnya radikalisme, fundamentalisme, agama dijadikan jalan untuk kemanfaatan ekonomi, politik dan lainnya ini yang harus diantisipasi," Kata Gus Muhaimin
Selanjutnya Gus Muhaimin menyebutkan hasil analisis pakar dan tokoh mengungkapkan bahwa di media sosial dalam lima tahun terakhir kecenderungannya pasar radikalisme dan fundamentalisme subur bukan hanya di Indonesia akan tetapi diberbagai negara bukan hanya fundamentalisme dan radikalisme Islam, melainkan semua agama.
"Radikalisasi ini ada beberapa sebab, salah satunya keterasingan dengan perkembangan dan perubahan yang cepat, kaget terhadap ancaman dan kemudian lari pada solusi cepat yang berbentuk radikal," katanya
Ketua Umum PKB itu mengimbau agar seluruh masyarakat Indonesia untuk bijak dalam penggunaan media sosial dalam rangka membendung gerakan radikalisme di Indonesia
"Kita harus memanfaatkan media sosial dengan sadar bahwa Indonesia adalah negara yang subur terhadap pertarungan ideologi dari ideologi-ideologi yang ada di seluruh dunia. Dalam konteks ini kita harus mampu membendung paham intoleransi, paham pro perpecahan, paham yang bersifat disintegratif terhadap Indonesia," kata dia.
Sementara itu, pengajar Universitas Esa Unggul Gun Gun Siswadi mengatakan ada lima hal yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran paham rasialisme
"Pertama Keluarga, kedua lingkungan sekolah dan pers/media, ketiga organisasi strategis, keagamaan, keempat teknologi, dan kelima penegakan hukum," katanya
Selain itu Gun Gun menambahkan ditengah perjalanan masyarakat menuju ke era masyarakat digital ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam rangka melakukan bela negara di era digital
"Katakan "say no to hoax", cari informasi dan referensi yang kredibel dari sumber terpercaya, kreatif dan inovatif dalam berkarya, aktif dalam kegiatan positif, dan pemikiran yang inklusif," katanya.