REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menegaskan NU dilahirkan oleh K.H. Hasyim Asy'ari dengan prinsip Islam moderat dan toleran.
"NU dilahirkan dengan prinsip Islam moderat, antiradikalisme, anti-ekstrimisme apalagi terorisme," kata Said dalam webinar dengan tema Langkah Nyata Merajut Kebinekaan secara daring di Jakarta, Jumat (20/8).
Said menyatakan prinsip toleran dimana umat islam sebagai mayoritas harus melindungi umat yang minoritas di Indonesia. "Percuma Islam kalau tidak toleran," ujar Said.
Selain itu, tujuan lahirnya NU yakni memperkuat persaudaraan sesama umat Islam, menguatkan persaudaraan sebangsa dan setanah air dan persaudaraan sesama umat manusia. Dia mengatakan pada Muktamar NU 1936 telah disepakati Indonesia bukan negara Islam, tetapi negara yang damai, merangkul semua komponen agama dalam satu nusa dan satu bangsa.
"Semua agama mengajarkan kemanusiaan, keharmonisan dan berupaya berjuang menata kehidupan yang harmonis," kata Said.
Said menegaskan semua warga yang ada di Indonesia ini adalah saudara, tidak boleh ada yang menganggap musuh karena kekuatan yang menyatukan semua pihak. Said mengatakan faktor kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan menjadi pintu masuk paham radikalisme, ekstremisme hingga terorisme.
"Dari kelemahan itu, yang paling mudah untuk membakar emosi masyarakat dengan menggunakan bahasa agama," kata Said.