Sabtu 21 Aug 2021 15:07 WIB

Sukarelawan Isoman dan Solidaritas saat Pandemi Covid-19

Gagasan membantu pasien isoman muncul secara spontan karena rasa prihatin mereka.

Relawan menyimpan sembako dan paket obat untuk pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri (Isoman) di halaman rumahnya. (Ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Relawan menyimpan sembako dan paket obat untuk pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri (Isoman) di halaman rumahnya. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman), selain masih harus dalam pengawasan tenaga kesehatan, juga memerlukan pihak lain. Terutama, yang berhati mulia dan memiliki solidaritas atau rasa setia kawan yang siap menjadi sukarelawan membantu memenuhi kebutuhannya selama mengisolasi diri. 

Pasalnya, isoman pasien Covid-19 ini, sesungguhnya membantu meringankan beban rumah sakit yang kewalahan menangani pasien bergejala berat yang terus bertambah saat puncak pandemi terjadi pada Juni-Juli 2021. Puncak pandemi ditandai dengan tingginya kasus aktif, tingginya angka kematian, dan angka keterisian tempat tidur di rumah sakit (bed occupancy rate) yang berada di atas rata-rata.

Rumah sakit penuh, pasien Covid-19 menumpuk di unit gawat darurat (UGD), bahkan banyak tidak tertolong dan meninggal. Maka, pasien yang bergejala ringan hingga sedang dianjurkan untuk isoman.

Isoman adalah memisahkan diri agar tidak menularkan sakit ke orang lain, yangdapat dilakukan di rumah, fasilitas penginapan, atau tempat isolasi yang disediakan pemerintah. Pasien Covid-19 yang isoman tetap harus dalam pengawasan tenaga kesehatan. 

Selain itu, pasien isoman juga perlu mendapat dukungan orang yang peduli. Orang yang memiliki empati dan rasa kesetiakawanan karena mereka yang empati dan solider, siap memberikan bantuan secara sukarela.

Orang yang memberikan bantuan secara sukarela adalah sukarelawan. Mereka bekerja tanpa dibayar dan bila perlu, merogoh kantong sendiri untuk membantu mereka yang memerlukan bantuan itu.

"Itu yang kami tekankan kepada teman-teman yang bergabung menjadi sukarelawan disini, dan mereka bersedia," kata Arnianti (24 tahun), penggagas Gerakan Isoman Pontianak, KalimantanBarat (Kalbar).

Karena untuk menjadi sukarelawan Isoman Pontianak, selain harus sehat, memiliki motor pribadi, juga siap untuk tidak dibayar. Meski begitu, tetap ada yang ingin bergabung dalam gerakan ini. Sehingga kini, ada 13 sukarelawan yang sebelumnya hanya ada tiga orang para penggagas saja sejak dibentuk pada Juli 2021.

Gerakan Isoman Pontianak ada sejak puncak pandemi Covid-19 terjadi di Kota Pontianak. Gerakan ini digagas tiga perempuan, yakni Arnianti, Ning S Lumbantoruan, dan Isa Oktaviani. Mereka adalah aktivis lembaga swadaya masyarakat. Mereka biasa diskusi melalui whatsApp, kemudian berlanjut melalui zoom meeting.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement