REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebuah video, yang memperlihatkan bayi warga Afghanistan diangkat oleh prajurit Marinir Amerika Serikat (AS), viral di media sosial sejak Jumat (20/8). Pentagon atau Markas Departemen Pertahanan AS menyebut, bayi itu dibantu karena sedang dalam keadaan sakit.
Video memilukan itu memperlihatkan sebuah tembok bandara yang dilengkapi dengan kawat berduri menjulang tinggi. Di luar tembok ada kerumunan warga Afghanistan yang hendak melarikan diri dari negara itu. Sedangkan di dalam tembok ada sejumlah prajurit Marinir.
Salah seorang warga Afghanistan tampak mengangkat sesosok bayi hingga ke dekat kawat berduri. Di sisi lain, seorang Marinir menggunakan sebelah tangannya untuk menarik bayi itu. Sang bayi tampak menangis dan popoknya terlepas.
Potongan video itu memperlihat sisi lembut di balik tegangnya proses evakuasi di Afghanistan. Di mana 6.000 tentara AS bersenjata lengkap telah menguasai bandara. Sedangkan pasukan Taliban sebagai penguasa baru di negeri itu sedang berpatroli di jalanan dan dikhawatirkan bakal bertindak keras kepada warga sipil yang hendak kabur.
Juru bicara Pentagon, John Kirby, mengatakan, prajurit Marinir membantu bayi itu karena orang tuanya menyebut anaknya itu sedang sakit. Warga Afghanistan itu lantas meminta bantuan Prajurit Marinir.
Baca juga : Indonesia Evakuasi WNI dari Afghanistan Secara Hati-Hati
“Jadi, Marinir yang Anda lihat menjangkau melewati tembok, membawa bayi itu ke rumah sakit Norwegia yang ada di bandara. Mereka merawat anak itu dan mengembalikan anak itu ke ayahnya,” Kirby kepada wartawan sebagaimana dikutip Khaleej Times, Sabtu (21/8).
“Itu adalah tindakan belas kasih karena ada kekhawatiran tentang bayi itu," imbuhnya.
Kirby menerangkan, dirinya tak mengetahui siapa keluarga bayi itu. Ia juga tak mengetahui status keluarganya, apakah mereka diterima atau tidak untuk bermigrasi ke AS di bawah program khusus untuk warga Afghanistan yang bekerja untuk AS atau berisiko tinggi diburu Taliban.
Afghanistan berkecamuk dalam sepekan terakhir usai Taliban mengambil alih pemerintahan. Warga sipil Afghanistan kabur ke berbagai negara karena takut dengan cara Taliban memerintah, sebagaimana ketika mereka dulu berkuasa 1996-2001. Ketika itu, Taliban menerapkan hukum syariat Islam secara ketat dan juga diskriminatif kepada kelompok minoritas.
Sejak Taliban berkuasa kembali, tentara AS dan warga AS juga ditarik pulang. Warga sipil pun berbondong-bondong menuju pangkalan udara militer AS untuk mendapat tumpangan meninggalkan negeri itu.