Senin 23 Aug 2021 10:47 WIB

PB IDI: Vaksin Bisa Cegah Kematian Akibat Covid-19

Saat ini terjadi pandemic fatigue yang harus dihadapi dengan cara positif.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Hiru Muhammad
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) berbincang dengan tenaga kesehatan untuk vaksinasi COVID-19 di Mall Central Park, Jakarta Barat, Minggu (22/8/2021). Dalam kesempatan tersebut Budi Gunadi Sadikin mengunjungi pameran foto Bulan Kemerdekaan HUT-76 RI sekaligus meninjau sentra vaksinasi COVID-19 yang ada di pusat perbelanjaan itu.
Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (kiri) berbincang dengan tenaga kesehatan untuk vaksinasi COVID-19 di Mall Central Park, Jakarta Barat, Minggu (22/8/2021). Dalam kesempatan tersebut Budi Gunadi Sadikin mengunjungi pameran foto Bulan Kemerdekaan HUT-76 RI sekaligus meninjau sentra vaksinasi COVID-19 yang ada di pusat perbelanjaan itu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Ketua Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban menanggapi terkait studi yang menyatakan perlindungan vaksin Pfizer–BioNTech dan Oxford–AstraZeneca melawan Delta menurun seiring waktu. Menurutnya, vaksin itu memang tidak bisa mencegah infeksi. Makanya kasus baru di beberapa negara melonjak.

"Begini. Sekali lagi saya tekankan. Vaksin itu memang tidak bisa mencegah infeksi. Makanya kasus baru di beberapa negara melonjak. Tapi, vaksin bisa mencegah keparahan gejala jika penerimanya terinfeksi. Termasuk kematian," katanya dalam cuitan di akun Twitter miliknya, Senin (23/8). 

Zubairi melanjutkan perlindungan vaksin yang menurun itu juga tidak perlu menjadi kekhawatiran. Karena efektivitas kedua vaksin itu masih cukup baik.  Ia juga menyarankan dibutuhkan booster."Ya booster itu bertujuan memperpanjang perlindungan dan penguat pascavaksin untuk menghadapi virus yang bermutasi," kata dia. 

Selain itu, ia merasakan saat ini terjadi pandemic fatigue atau kelelahan akan pandemi. Mau tidak mau harus dihadapi. Semakin berpura-pura semua baik-baik saja, semakin jauh bisa membalikkan keadaan. 

"Untuk menghadapinya, saya terbiasa melakukan hal ini seperti fokus pada cara-cara positif untuk habiskan waktu dan energi, pilih sumber informasi yang valid dan ikuti, jaga pola makan, olahraga dan tidur cukup. Bantu orang lain buat keputusan untuk divaksinasi dan dukung inovasi penemuan obat Covid-19, tapi jangan mudah terharu," kata dia.

Sebelumnya diketahui, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan tren penurunan. Namun, berkurangnya kasus Covid-19 di Indonesia belum konsisten. "Situasi beberapa hari terakhir sebenarnya trennya menurun tetapi belum konsisten. Sebenarnya kami ingin kasus terus turun tetapi kadang masih naik, kadang turun," kata Anggota Sub Bidang Tracing Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19, Retno Astri Werdhani, saat mengisi konferensi virtual  BNPB bertema Penyuluhan Protokol Kesehatan kepada Masyarakat Lintas Komunitas di Sulawesi Selatan, Sabtu (21/8).

Retno melanjutkan, apalagi positivity rate Covid-19 Indonesia kini masih diatas 10 persen. Ia mengatakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan positivity rate bisa ditekan kurang dari 5 persen. Untuk itu, Satgas meminta masyarakat jika melihat data tidak sekadar kasus Covid-19 yang menurun, tetapi apakah positivity ratenya sudah mencapai target atau belum. Pihaknya juga menggarisbawahi provinsi yang berbeda-beda dalam laporan kasus baru. 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement