REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Telemedisin kini menjadi salah satu pilihan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis secara daring. Telemedisin diprediksi akan tetap menjadi bagian pelayanan dokter bahkan setelah pandemi nanti.
"Telemedisin akan menjadi bagian pelayanan dokter di masa depan. Bahkan setelah pandemi usai," kata pakar kesehatan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr. Vito Anggarino Damay, Sp.JP., M.Kes., FIHA., FICA, FAsCC kepada ANTARA, ditulis Senin (23/8).
Vito yang mengambil spesialisasi jantung dan pembuluh darah dan tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) itu mengatakan, para dokter, termasuk dia dan tim, terus mengikuti perkembangan teknologi dan semakin terbiasa memanfaatkan telemedisin. Tak hanya dokter, masyarakat pun nantinya perlahan terbiasa memanfaatkan layanan kesehatan ini, termasuk pasien penyakit jantung.
Pada mereka dengan hipertensi dan gangguan kolesterol misalnya, telemedisin bisa menjadi sarana konsultasi sekaligus membantu mereka meminum obat secara rutin agar kondisinya stabil. "Kasus seperti hipertensi dan kolesterol tinggi masih bisa dengan telemedicine. Juga kontrol obat-obat rutin. Pasien-pasien gagal jantung juga sama, mereka rutin minum obat kondisi baik-baik atau pasien pernah pasang ring atau dulu sempat serangan jantung bila stabil bisa lewat telemedisin dulu," jelas Vito.
Di sisi lain, menurut Vito, telemedisin pun dapat menjadi sarana edukasi masyarakat, khususnya dalam menjaga kondisi kesehatan mereka, termasuk obat-obat yang sebaiknya mereka minum kala sakit menyerang. Berbicara hal yang penting untuk menunjang layanan ini, dia menyebut keterbukaan dan kecerdasan pasien.
Sama seperti saat konsultasi langsung, melalui layanan telemedisin biasanya dokter melakukan anamnesa atau memeriksa kondisi pasien melalui wawancara sebelum akhirnya memberikan diagnosis.
“Dalam hal ini, pasien perlu bisa menjelaskan kondisi tubuhnya secara detil,” kata Hiyo, yang sudah memanfaatkan telemedisin sebelum pandemi.
Dia mengatakan, selain detail keluhan, pasien juga perlu memberikan informasi rekam medisnya pada dokter. Ibu satu orang putri itu mengakui, orang bisa saja merasa kesulitan di sini, khususnya mereka yang tidak bisa menjelaskan kondisi tubuhnya pada dokter.
Mengenai pengalaman memanfaatkan telemedisin termasuk kala putri dan suaminya sakit, Hiyo berpendapat layanan ini belum terhubung ke klinik setempat. "Enggak terhubung sama klinik setempat jadi kayak masih tersentralisasi. Kalau ada yang dekat kan lumayan, kalau ada yang kurang bisa disamperin," kata dia yang tinggal di Depok, Jawa Barat itu.
Ketika ditanya apakah akan tetap memanfaatkan layanan ini saat pandemi usai, Hiyo mengiyakan. "Tetep pakai, soalnya dari sebelum pandemi saja sudah pakai apalagi sesudah (pandemi)," demikian ujar Hiyo.