Senin 23 Aug 2021 12:04 WIB

Penerima Manfaat DD Bangkitkan Bisnis Kripik Warisan Ayah

Omset keutungan dari kripik maupun peyek bisa mencapai Rp 3 juta.

GUNUNGKIDUL--Pandemi Covid-19 mulai menunjukkan penurunan di sebagian wilayah Indonesia. Namun pandemi Covid-19 bagi sebagian masyarakat Indonesia membawa duka tersendiri, terutama saat salah satu keluarga tercinta terpapar virus tersebut, bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Senin, (23/8)
Foto: istimewa
GUNUNGKIDUL--Pandemi Covid-19 mulai menunjukkan penurunan di sebagian wilayah Indonesia. Namun pandemi Covid-19 bagi sebagian masyarakat Indonesia membawa duka tersendiri, terutama saat salah satu keluarga tercinta terpapar virus tersebut, bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Senin, (23/8)

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL--Pandemi Covid-19 mulai menunjukkan penurunan di sebagian wilayah Indonesia. Namun pandemi Covid-19 bagi sebagian masyarakat Indonesia membawa duka tersendiri, terutama saat salah satu keluarga tercinta terpapar virus tersebut, bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Senin, (23/8)

Kisah Puja (18) dan Satria (14) menjadi cerminan bahwa pandemi Covid-19 telah membawa duka yang mendalam untuk mereka berdua. Ketika tim Dompet Dhuafa berkunjung ke rumahnya, Puja dan Satria bercerita ketika ditinggalkan oleh ayah tercinta, Iswanto akibat Covid-19 membuat dua anak bersama Hamida (48)  (Ibunya) harus menjadi penopang ekonomi keluarga.

Iswanto (48) sosok ayah tangguh yang juga penerima manfaat dari Dompet Dhuafa Yogyakarta, di dalam keluarga mereka menjadi inspirator dalam kehidupan sehari-hari di keluarga tersebut. Selain ahli bekam dan pijat, sosok Iswanto rupaya gigih dalam menjalankan bisnis kripik maupun peyek dan aneka makanan ringan lainnya. Mulai dari pembuatan resep hingga pemasaran, semasa hidupnya Iswanto dibantu oleh kedua anaknya untuk menjajakan kripik maupun peyek tersebut ke sentra-sentra jajanan maupun tempat makan di sekitar Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta.

“Awalnya saya tidak mau untuk berjualan apalagi menekuni usaha peyek yang ayah rintis di Keluarga ini. Bahkan awal saya menjajakan kripik maupun peyek ini belum ada yang mau karena harga yang mahal. Namun ayah selalu menyemangati saya memberikan motivasi untuk terus berdagang. Pada akhirnya keuletan dan kesabaran membuahkan hasil yang optimal dari dagangan peyek ini,” ujar Puja.

“Awalnya rekanan ayah  selama ini pasien bekam yang membeli, namun dari mulut ke mulut dan menyebar akhirnya peyek ini mulai dikenal. Tahap demi tahap terus saya tekuni bisnis kripik maupun peyek ini selama satu tahun. Terpukul melihat ayah kami meninggal dunia dengan kondisi terpapar Covid-19, namun ini menjadi motivasi besar kami dalam meneruskan bisnis yang sudah dirintis sejak awal,”lanjut Puja disela-sela pengemasan peyek di rumahnya.

Masuknya saya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan fokus mengambil jurusan Marketing dan Bisnis melalui Daring diharapkan dapat mengembangkan produk kripik maupun peyek kami untuk lebih terkenal dan mengembangkan dengan ide-ide maupun ilmu yang saya dapatkan di SMK.

“Alhamdhulillah di SMK saya mulai mengembangkan ide-ide dalam melebarkan bisnis peyek ini. Saat itu saya membuat proposal bisnis dengan mengangkat usaha kripik maupun peyek kami, dan saya sangat bersyukur usaha ini dilirik oleh para guru-guru di Sekolah saya. Mulai dari situ saya dan adik (Satria) saling bergotong-royong untuk memproduksi peyek ditambah dengan Ibu yang selalu setia di dapur,” ucap Puja.

Omset keutungan dari kripik maupun peyek yang kami kelola selama satu bulan bisa mencapai Rp 3 juta. Namun karena pandemi Covid-19 terdapat penurunan yang signifikan, karena menurunnya jumlah wisatawan, masyarakat yang makan di tempatnya hingga banyaknya rumah makan yang tutup.

“Tetap Semangat menjadi merk kripik maupun peyek ini sebagai bagian mengenang ucapan ayah ketika kami mengalami kegagalan dalam usaha dagang peyek. Selain itu dengan merk ini, menjadi pelecut semangat untuk terus bangkit meski kami belum lama ditinggal ayah untuk selamanya,” ujar Satria.

Satria pun menambahkan, “Cita-cita dari ayah adalah memajukan UMKM seperti usaha peyek ini berkembang dan dapat merangkul pekerja di wilayah ini. Sehingga dari peyek maupun kripik ini dapat membantu sesama dalam membuka ruang pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Dan bagi anak-anak yang senasib dengan kami, yuk jangan menyerah dan kita harus Tetap Semangat untuk melewati cobaan ini. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement