Senin 23 Aug 2021 14:50 WIB

Vaksin Covid-19 India Diuji ke Tentara Myanmar tanpa Izin

Vaksinasi rahasia oleh militer yang menggunakan vaksin Covaxin itu mulai Januari

Red: Nur Aini
Anggota tentara Myanmar menerima vaksin Covid-19 yang diimpor dari India tanpa diberi tahu vaksin tersebut belum disetujui.
Anggota tentara Myanmar menerima vaksin Covid-19 yang diimpor dari India tanpa diberi tahu vaksin tersebut belum disetujui.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Anggota tentara Myanmar menerima vaksin Covid-19 yang diimpor dari India tanpa diberi tahu vaksin tersebut belum disetujui.

Menurut seorang sumber, program vaksinasi rahasia oleh militer yang menggunakan vaksin Covaxin produksi perusahaan farmasi India, Bharat Biotech, itu mulai pada Januari dan berlanjut selama tiga bulan. Berdasarkan keterangan sejumlah orang yang termasuk dalam program tersebut, penerima vaksin tidak diberi tahu bahwa Covaxin masih dalam tahap uji klinis ketiga pada saat itu.

Baca Juga

“Mereka mengatakan akan memvaksinasi kami dan kemudian memeriksa kekebalan kami dua minggu setelah penyuntikan untuk melihat apakah ada peningkatan. Jadi bisa dibilang sebuah tes,” ujar petugas yang menjadi salah satu subjek angkatan pertama seperti diberitakan media lokal Myanmar Now, Ahad (22/8).

Petugas yang ditempatkan di sebuah rumah sakit militer di Kotapraja Mingaladon, Yangon, mengatakan darah dirinya dan 14 petugas lain diambil setelah menerima masing-masing suntikan dari total dua dosis. Menurut petugas itu, program tersebut kemudian diperluas ke personel militer lainnya setelah hasil dari 15 subjek pertama dievaluasi.

“Saya pikir mereka mengambil darah dari semua orang. Tetapi kemudian kami mengetahui bahwa itu hanya kami. Kami bahkan bercanda bahwa kami digunakan sebagai tikus lab,” katanya.

Petugas tersebut mengaku geram, tetapi tidak dapat melakukan apa-apa karena ini adalah militer. Subjek lain yang diwajibkan mengikuti program tersebut mengatakan program dilakukan atas perintah perwira senior.

Dokter dari rumah sakit militer lain di Yangon itu mengatakan militer ingin populasi penelitian sebagai data penerima vaksin berjumlah sekitar 100.000 orang.

“Sejujurnya, saya pikir itu menyedihkan bahwa kami digunakan sebagai kelinci percobaan manusia dengan cara ini,” ucap dokter itu.

Menurut dia, terdapat dua tim yang mengumpulkan data dari penerima vaksin yakni mengenai reaksi tubuh terhadap vaksin dan kelompok penguji jumlah antibodi dalam darah setelah vaksinasi. Selain itu, istri seorang perwira angkatan laut mengatakan suaminya akhirnya mengetahui bahwa vaksin yang diterima adalah Covaxin, dan bukan vaksin Covishield yang telah disetujui dan juga diproduksi di India.

Adapun vaksin Covishield digunakan dalam program vaksinasi nasional yang diluncurkan pemerintah sipil Myanmar beberapa hari sebelum digulingkan dari kekuasaan oleh militer pada 1 Februari. Perwira angkatan laut itu menerima suntikan dosis pertama pada pertengahan Februari dan dosis kedua satu bulan setelahnya.Meskipun suaminya dapat memperoleh informasi ini karena pangkatnya, dia meragukan tentara biasa yang termasuk program vaksinasi militer mengetahui fakta tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement