Senin 23 Aug 2021 15:56 WIB

Tak Pakai Moderna, Presiden Taiwan Pilih Vaksin Buatan Lokal

Tsai menerima suntik vaksin Covid-19 Medigen yang dikembangkan di dalam negeri.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.
Foto: AP Photo/Chiang Ying-ying
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI  -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menerima suntikan dosis pertama vaksin Covid-19 di rumah sakit Taipei  Senin (23/8). Tsai menerima vaksin Covid-19 Medigen yang dikembangkan di dalam negeri.

Tindakan Tsai mengambil vaksin Covid-19 Medigen adalah untuk menunjukkan kepercayaan keamanan vaksin tersebut kepada publik. Vaksin itu dibuat oleh Medigen Vaccine Biologics Corp.

Baca Juga

Vaksin Covid-19 Medigen mendapatkan persetujuan darurat oleh regulator pada Juli lalu. Tsai tidak mengambil vaksin dari Moderna atau AstraZeneca, agar dapat memberikan kepercayaan kepada publik bahwa vaksin buatan lokal cukup efektif dan aman dalam mencegah virus korona.

Presiden Tsai tampak mengobrol dengan pekerja medis saat mereka sedang menyiapkan vaksin. Para wartawan bertanya kepada Tsai apakah dia merasa gugup saat hendak menerima suntikan vaksin. Tsai menjawab, "Tidak".

Proses penyuntikan vaksin Covid-19 Medigen disiarkan secara langsung di halaman Facebook milik Presiden Tsai. Sejauh ini lebih dari 700 ribu orang telah mendaftar untuk menerima vaksin Medigen dosis pertama. Jeda dari dosis pertama dan dosis kedua vaksin Medigen adalah 28 hari.

Vaksin Medigen dikembangkan melalui kerja sama dengan National Institutes of Health di Amerika Serikat (AS). vaksin Medigen menggunakan sepotong virus korona untuk mengajari tubuh meningkatkan respons imun.

Pemerintah Taiwan telah memesan lima juta dosis Medigen. Vaksinasi dengan vaksin Medigen bersifat sukarela.

Vaksin Medigen belum menyelesaikan uji klinis, dan tidak ada data kemanjuran. Tetapi regulator Taiwan menyetujui suntikan tersebut, setelah membandingkan tingkat antibodi yang dapat dihasilkan Medigen dengan AstraZeneca.

Regulator mengatakan, data yang diberikan menunjukkan bahwa Medigen menghasilkan 3,4 kali tingkat antibodi penetralisir seperti AstraZeneca. Regulator mengatakan, Medigen akan diminta untuk menyerahkan data kemanjuran dalam waktu satu tahun setelah persetujuan.

Keputusan untuk memberikan persetujuan vaksin berdasarkan standar baru, mendorong seorang ahli dari komite penasihat vaksin mengundurkan diri. Sementara partai oposisi utama Taiwan, Kuomintang atau KMT, juga telah melakukan kampanye menentang vaksinasi Medigen. Salah satu mantan wakil ketuanya Kuomintang, Hau Lung-bin, mengajukan gugatan untuk membatalkan otorisasi Medigen. Namun pengadilan menolaknya pekan lalu. Partai itu mendukung vaksin domestik, tetapi persetujuan Medigen terlalu terburu-buru.

“Hidup dan kesehatan orang Taiwan tidak perlu menjadi tikus putih di laboratorium,” ujar Wakil Kepala Departemen Internasional KMT, Ho Chih-yung, mengatakan kepada kantor berita Reuters.

Medigen, yang nama Cinanya memiliki arti “kelas atas”, menolak klaim bahwa vaksin buatannya tidak aman. Medigen mengklaim vaksin mereka efektif dan teruji dengan baik.Medigen juga menepis bahwa persetujuan mereka terlalu tergesa-gesa.  

“Kami telah melakukan begitu banyak eksperimen, semua orang telah melihat betapa amannya vaksin kami. Ada sedikit efek samping, tapi hampir tidak ada demam dan sebagainya. Jadi saya pikir semua orang bisa tenang," kata Chief Executive Officer Medigen, Charles Chen kepada Reuters.

Hingga Jumat (20/8) lalu, 40 persen dari 23 juta populasi Taiwan telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19.  Kebijakan vaksinasi Taiwan adalah memprioritaskan suntikan pertama bagi kelompok yang paling berisiko tinggi, seperti pekerja medis.

Taiwan mengalami lonjakan kasus virus korona yang didorong oleh varian Alpha. Varian ini menyebar di Taiwan pada Mei, sehingga pemerintah harus menerapkan penguncian skala besar.

Pada saat itu, Taiwan baru menerima sekitar 700.000 dosis vaksin. Kemudian Taiwan memperoleh sekitar lima juta vaksin yang disumbangkan oleh Jepang dan AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement