REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) hingga kini masih terus bergerak, aktif membangun jaringan lewat regenerasi, pelatihan dan struktur organisasi yang solid, dengan sistem pendanaan yang memadai.
Kepala Badan Ops Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, Kombes Pol Aswin Siregar. "Geliat Jamaah Islamiyah hingga kini tak pernah mereda," kata Aswin dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Senin (23/8).
Aswin mengatakan kelompok Jamaah Islamiyah mendominasi aksi teror pengeboman, bom bunuh diri maupun penembakan.
Puncak aksi teror kelompok Jamaah Islamiyah terjadi dalam kurun waktu tahun 2000 hingga 2009. Hampir semua pelaku bom di Indonesia dari sejak Bom Bali I pada tahun 2000 hingga 2009 adalah alumni Afghanistan.
"Jamaah Islamiyah hingga kini masih terus bergerak. Ini sangat memungkinkan mengingat gerakan mereka di bawah permukaan tidak pernah mengendur," ujar Aswin.
Menurut dia, pengungkapan lembaga donasi Syam Organizer (SO) sebagai salah satu bejana bagi pendanaan Jamaah Islamiyah oleh Densus 88 dalam tiga bulan terakhir, menunjukkan kekuatan jaringan tersebut.
"Tercatat mereka berhasil menjaring dana lebih dari Rp100 miliar untuk mendukung operasionalnya," ungkapnya.
Densus mencatat kelompok Jamaah Islamiyah melakukan penarikan dana dari masyarakat dan mendistribusikannya dalam bentuk tunai melalui kurir-kurir kepada banyak struktur JI untuk pembiayaan rekrutmen dan pelatihan.
Dana tersebut, lanjut Aswin, juga dialirkan untuk kebutuhan buronan (daftar pencarian orang/DPO) teroris yang berada dalam persembunyian, teroris yang sedang berada di lapangan, termasuk juga kebutuhan teroris yang telah tertangkap kepolisian.
"Para anggota JI yang terlibat dalam aksi-aksi teror tersebut mendapat bantuan dari anggota JI yang lain untuk disembunyikan," bebernya.
Pada November 2020 telah dilakukan penangkapan terhadap dua DPO kasus Bom Bali I (tahun 2000) dan pelaku utama rangkaian aksi teror di Poso pada tahun 2004 hingga 2006.
Mereka adalah Zulkarnaen alias Aris Sumarsono alias Daud alias Zaenal Arifin alias Abdulrahman dan Taufik Bulaga alias Syafrudin alias Udin Bebek alias Upik Lawanga.
"Selama bertahun-tahun mereka disembunyikan dengan rapi, melalui jaringan dan pendanaan yang kuat. Bahkan Upik Lawanga dalam persembunyiannya diketahui masih aktif melakukan perakitan senjata dan bahan peledak," kata Aswin.
Lebih lanjut Aswin menyebutkan...