REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Lembaga think tank Bahrain dan Israel akan membuat program bersama. Kerja sama tersebut disepakati setelah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pada awal bulan ini.
Institut Abba Eban untuk Diplomasi Internasional di Universitas Herzliya Israel menandatangani perjanjian dengan Institut Derasat dari Pusat Studi Strategis, Internasional dan Energi Bahrain. Yerusalem Post melaporkan, perjanjian tersebut bertujuan untuk menjalin kemitraan antara kedua lembaga.
Penandatanganan dilakukan selama kunjungan ke Israel oleh seorang pejabat senior Bahrain, Sheikh Abdulla Bin Ahmed Al-Khalifa, yang merupakan wakil menteri untuk urusan politik di Kementerian Luar Negeri Bahrain. Al-Khalifa mencatat bahwa, upacara penandatanganan itu diadakan memjelang peringatan satu tahun Kesepakatan Abraham.
Kesepakatan Abraham diinisiasi oleh Amerika Serikat untuk menormalisasi hubungan Israel dengan beberapa negara Arab. Palestina mengecam kesepakatan tersebut karena sejumlah negara Arab telah berkhianat.
"Setahun yang lalu, tidak ada apa-apa di antara kedua negara kami. Hari ini, kami telah menempuh perjalanan yang sangat jauh. Kami memiliki dasar yang kuat untuk mengembangkan hubungan bilateral ini," ujar Al-Khalifa, dilansir Middle East Monitor, Selasa (24/8)
Sementara itu, Ron Prosor dari Abba Eban Institute menjelaskan bahwa, penandatanganan MoU ini terjadi karena ada kepentingan keamanan bersama di kawasan. Prosor mengatakan, serangan terbaru Iran di Teluk menunjukkan pentingnya kerja sama dengan negara-negara di kawasan.
"Serangan Hizbullah baru-baru ini terhadap Israel, memperkuat pentingnya bekerja sama untuk menghadirkan front yang tegas melawan agresi Iran yang berkembang,” ujar Prosor.