REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah mengevakuasi 10.900 orang lagi dari ibu Kota Kabul, Afghanistan sejak Senin (23/8) pagi. Dengan demikian, total orang yang dibantu oleh Washington untuk keluar dari negara itu sejak 14 Agustus seduah mencapai 48.000.
“Total sekitar 10.900 orang dievakuasi dari Kabul antara pukul 03.00 dan 15.00 waktu setempat,” ujar Mike Gwin selaku direktur tanggap cepat Gedung Putih, dilansir Ani News, Selasa (24/8).
Banyak negara yang telah memilih untuk mengevakuasi warga dan personel diplomatik mereka dari Afghanistan karena situasi keamanan yang tidak stabil. Sejumlah negara juga telah berjanji untuk menerima para pencari suaka dari Afghanistan.
Afghanistan jatuh ke tangan Taliban, dengan pemerintah sipil yang runtuh pada pekan lalu. Negara Asia Selatan itu kemudian telah jatuh ke dalam situasi kacau, dengan ribuan orang berusaha untuk pergi melalui bandara Kabul.
Presiden AS Joe Biden masih memutuskan apakah akan memperpanjang tenggat waktu untuk mengevakuasi semua pasukan AS dari Afghanistan. Penasihat militer telah mengatakan bahwa ia harus memutuskan selambat-lambatnya pada Selasa (24/8) hari ini untuk menyediakan waktu yang cukup untuk menarik pasukan dan peralatan di lapangan di Kabul.
Pekan lalu, Biden menyebut evakuasi dari Afghanistan sebagai sebuah angkutan udara paling sulit dan terbesar'yang pernah ada dalam sejarah. Ia telah meyakinkan untuk mengeluarkan semua orang Amerika dan sekutunya dari negara yang dilanda perang itu.
Sementara itu, Ketua Komite Intelijen Kongres AS Adam Schiff mengatakan sangat kecil kemungkinan AS akan memenuhi tenggat waktu 31 Agustus, mengingat jumlah orang yang masih harus dievakuasi. Ia menyebut selain pasukan, ada orang dengan Visa Imigran Khusus (SIV), jumlah orang lain yang menjadi anggota pers Afghanistan, hingga pemimpin masyarakat sipil yang juga harus diselematkan.
"Saya pikir itu sangat tidak mungkin mengingat orang Amerika yang masih perlu dievakuasi, serta mereka dengan Visa Imigran Khusus (SIV), anggota pers Afghanistan, para pemimpin masyarakat sipil. Sulit bagi saya untuk membayangkan semua itu dapat dicapai antara sekarang dan akhir bulan," kata Schiff.