Selasa 24 Aug 2021 11:03 WIB

Iran Siap Kirim Bahan Bakar ke Lebanon

Krisis ekonomi dan gejolak politik mendorong Lebanon alami kelangkaan bahan bakar

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Pengemudi mengantre di luar SPBU di tengah kekurangan bahan bakar di Beirut, Lebanon pada 28 Juni 2021.
Foto: Anadolu Agency
Pengemudi mengantre di luar SPBU di tengah kekurangan bahan bakar di Beirut, Lebanon pada 28 Juni 2021.

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan negaranya siap mengirimkan lebih banyak bahan bakar ke Lebanon. Teheran mengaku ingin mengangkat 'penderitaan rakyat Lebanon'.

"Kami menjual minyak dan produk-produk berdasarkan keputusan kami sendiri dan kebutuhan teman-teman kami, Iran siap kembali mengirim bahan bakar ke Lebanon bila diperlukan," kata Khatibzadeh seperti dikutip media Rusia, Sputnik News, Selasa (24/8).

Baca Juga

Krisis ekonomi berkepanjangan yang diperparah gejolak politik mendorong Lebanon mengalami kelangkaan bahan bakar. Pemerintah yang gagal, pandemi virus corona dan ledakan di pelabuhan Beirut tahun lalu memperburuk kondisi negara itu.

Sejauh ini, pemerintah Perdana Menteri Najib Mikati gagal mengatasi masalah kelangkaan bahan bakar. Sebagian besar disebabkan penyeludupan, penimbunan bensin dan kegagalan pemerintah membeli lebih banyak bahan bakar karena tidak memiliki anggaran dan didera krisis ekonomi.

Selain itu, walaupun protes atas kelangkaan bahan bakar pemerintah Lebanon memilih untuk mengakhiri subsidi bahan bakar. Sehingga, mulai 22 Agustus lalu harga bensin naik 70 persen. Langkah itu memicu protes keras dari masyrakat.

Pada Kamis (18/8) lalu, kantor berita Reuters melaporkan milisi bersenjata dan partai berkuasa yang didukung Iran, Hizbullah membantu pemerintah membuat kesepakatan dengan Iran untuk mengirimkan bahan bakar demi meringankan kelangkaan bahan bakar. Pada 22 Agustus lalu ketua Hizbullah, Hassan Nasrallah mengatakan kapal pertama yang mambawa bahan bakar Iran sudah sampai pelabuhan dan akan lebih banyak kapal yang datang.

Nasrallah tidak mengklarifikasi kapan kapal-kapal yang dijanjikan akan datang. Walaupun mencoba mengatasi kegagalan Mikati, Nasrallah mengklaim ia tidak berambisi menggantikan pemerintah.  

"Kami tidak mengambil tempat pemerintah, atau kami bukan alternatif perusahaan impor bahan bakar," katanya.

Oposisi menentang keras pengiriman bahan bakar dari Iran karena mungkin melanggar sanksi Kementerian Keuangan Amerika Serikat (AS) terhadap Teheran. Sanksi Washington akan memperparah perekonomian Lebanon.

Sejauh ini, AS belum mengungkapkan rencana untuk menerapkan sanksi ke Lebanon karena membeli bahan bakar dari Iran atau membuat pernyataan mengenai itu. Di saat yang sama, AS mengklaim sudah berbicara dengan Mesir dan Yordania.

Dua negara Timur Tengah itu dianggap dapat membantu tetangga mereka, Lebanon mengatasi masalah energi. Tapi sejauh ini belum ada progres yang dilaporkan mengenai perundingan tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement