Selasa 24 Aug 2021 11:59 WIB

Taliban: 31 Agustus Batas Akhir Penarikan Pasukan Asing

Taliban mengancam konsekuensi bagi keberadaan pasukan asing setelah tenggat

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Dalam gambar yang disediakan oleh Korps Marinir AS, pasukan koalisi Inggris dan Turki, bersama dengan Marinir AS, membantu seorang anak selama evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Jumat, 20 Agustus 2021
Foto: AP/Staff Sgt. Victor Mancilla/U.S. Marine Cor
Dalam gambar yang disediakan oleh Korps Marinir AS, pasukan koalisi Inggris dan Turki, bersama dengan Marinir AS, membantu seorang anak selama evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Jumat, 20 Agustus 2021

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Juru bicara Taliban memperingatkan 'konsekuensi' bila pasukan asing tetap berada di Afghanistan setelah 31 Agustus. Anadolu Agency melaporkan Suhail Shaheen mengatakan tanggal yang tinggal satu pekan itu menjadi 'garis merah' atau batas akhir keberadaan pasukan asing.

"Ini garis merah, Presiden (Amerika Serikat Joe) Biden telah mengumumkan 31 Agustus mereka akan menarik semua pasukan militer mereka, maka bila mereka memperpanjangnya maka memperpanjang pendudukan sementara tidak perlu melakukannya," kata Shaheen pada Sky News di Doha, Qatar, Selasa (24/8).

Baca Juga

"Bila AS atau Inggris ingin mendapatkan waktu tambahan untuk melanjutkan evakuasi, jawabannya adalah tidak, atau akan ada konsekuensi," kata Shaheen.

Ia mengatakan hal itu akan menimbulkan kepercayaan antara kedua pihak. "Bila mereka berniat melanjutkan pendudukan, akan memicu reaksi," tambah Shaheen.

Middle East Monitor melaporkan Ahad (22/8) lalu Biden mempertimbangkan untuk memperpanjang tenggat waktu penarikan pasukan dari Afghanistan. Ia berjanji semua warga AS yang ingin meninggalkan Afghanistan akan dievakuasi.

Baca juga : Taliban Berhadapan dengan Pasukan Massoud di Panjshir

Saat ditanya tentang peristiwa di Bandara Kabul dimana rakyat Afghanistan berusaha meninggalkan negara mereka setelah Taliban berkuasa. Shaheen bersikeras bukan ketakutan pada Taliban yang mendorong mereka tapi imigrasi ekonomi.

"Saya pastikan pada anda ini bukan ketakutan atau kekhawatiran," katanya.

Walaupun usaha masyarakat Afghanistan keluar dari negara itu hanya terjadi saat Taliban merebut Kabul. "Mereka ingin tinggal di negara-negara Barat," kata Shaheen.

"Ini semacam imigrasi ekonomi karena Afghanistan negara miskin dan 70 persen rakyat Afghanistan hidup di bawah garis kemiskinan jadi semua orang ingin bermukim di negara-negara Barat untuk hidup yang makmur, ini bukan karena takut," katanya.

Shaheen juga mengatakan laporan Taliban mengancam mantan pekerja pemerintah dan menutup sekolah untuk anak perempuan adalah 'berita palsu.'

"Saya bisa pastikan pada anda ada banyak laporan yang diklaim oposisi kami yang tidak berdasarkan kenyataan," katanya.

Hal itu terutama pada isu hak-hak perempuan yang banyak ditekankan negara-negara Barat mengingat rezim Taliban sebelumnya. "Mereka tidak akan kehilangan apa-apa,"katanya.

Baca juga : Iran Dukung Pembentukan Pemerintahan Inklusif di Afghanistan

"Hanya bila mereka tidak berhijab, mereka akan berhijab, perempuan akan memiliki hak yang sama di negara anda tapi dengan hijab," katanya.

Shaheen menambahkan sekarang guru perempuan kembali bekerja dan tidak kehilangan apa pun, begitu pula dengan jurnalis perempuan. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement