REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Meskipun Taliban merebut sebagian besar Afghanistan, termasuk ibu kota Kabul, kelompok tersebut tidak memiliki kendali penuh atas negara itu. Ancaman militer muncul 150 kilometer dari Kabul.
Lembah Panjshir di utara Kabul adalah benteng utama terakhir perlawanan terhadap Taliban. Wilayah yang terselip di pegunungan ini telah lama memiliki reputasi sebagai benteng perlawanan, pada 1980-an, komandan militer legendaris
Ahmad Shah Massoud berhasil mempertahankannya selama invasi Soviet dan perang saudara dengan Taliban. Sekarang putra Ahmad Shah Massoud, Ahmad Massoud, menolak untuk menyerah kepada Taliban. Dia secara terbuka mengatakan bahwa telah mengambil posisi ayahnya.
Ahmad Massoud telah berjanji Panjshir tidak akan menyerah tanpa perlawanan. "Saya putra Ahmad Shah Massoud, menyerah bukan bagian dari kosakata saya," katanya,
Menurut Ahmad Massoud, kelompoknya mengusulkan negosiasi dengan Taliban untuk membangun pemerintahan yang inklusif. Tapi, mengklaim Taliban menolak saran yang bisa membawa perdamaian ke Afghanistan.
Taliban pun mengaku bersiap menyerang wilayah itu, tetapi kelompok Massoud telah bersiap. Lembah ini dikelilingi oleh pegunungan dengan satu-satunya jalan keluar dan masuk adalah hutan kecil yang dibuat oleh Sungai Panjshir.
Ahmad Massoud juga memanggil semua pejuang yang tersisa yang menentang kekuasaan Taliban, termasuk sisa-sisa Tentara Afghanistan yang dilatih AS, keamanan, dan pasukan khusus. Dia juga meminta negara-negara asing, termasuk Amerika Serikat, untuk memasok kelompok itu dengan senjata.
Selain berbekal nama tenar yang dipegang oleh ayahnya, Ahmad Massoud memperoleh daya tarik politik setelah didukung dan didukung oleh Wakil Presiden Amrullah Saleh. Saleh mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara pada 15 Agustus.