REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bio Farma (Persero) meminta pemerintah daerah menambah fasilitas penyimpanan vaksin Covid-19. Hal ini untuk memudahkan proses distribusi untuk kemudian diberikan kepada masyarakat.
"Harus disiapkan juga fasilitas di masing-masing tempat penyimpanan baik itu provinsi, kabupaten/kota, hingga puskemas. Program vaksinasi ini harus terus berjalan, sementara kapasitas di masing-masing titik serah vaksin ini terbatas," ujar juru bicara Bio Farma, Bambang Heriyanto, dalam diskusi daring yang dipantau dari Jakarta, Selasa (24/8).
Bambang mengatakan, proses rantai distribusi vaksin ini memang telah ada sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Jika dulu hanya suplai vaksin difteri, polio, hingga campak, kini mesti ditambah dengan vaksin Covid-19. Dengan adanya penambahan itu berimplikasi pada ruang atau fasilitas pendingin yang mesti memadai atau tersedia.
Apalagi saat ini distribusi vaksin, khususnya vaksin Covid-19 mencapai hingga ratusan juta dosis yang disebar ke seluruh wilayah di Indonesia. "Program vaksinasi rutin harus jalan dan dan program vaksinasi Covid-19 juga harus berjalan. Kita harus melakukan kolaborasi dengan stakeholder atau pemerintah daerah kalau memang fasilitas kurang berati harus ditambah fasilitasnya," kata Bambang.
Di sisi lain, tantangan yang mesti dihadapi adalah pendistribusian ke tempat terpencil. Pasalnya, jenis-jenis vaksin Covid-19 yang tersedia di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dalam penyimpanannya. Untuk vaksin Sinovac harus disimpan dalam tempat atau ruangan yang bertemperatur 2-8 derajat Celsius, Moderna harus di tempat atau ruangan minus 20 derajat Celsius, dan Pfizer minus hingga 70 derajat Celsius.
"Memang sejak kami melakukan program vaksinasi di Indonesia, sudah biasa menangani ada transfer courier, kendaraan berpendingin, motor yang dilengkapi cool box. Ini memang tugas berat kita semua, terutama di daerah terpencil yang akses transportasinya cukup berat," kata dia.