REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Iran melaporkan 709 orang meninggal dunia akibat virus corona, angka kematian harian Covid-19 tertinggi di negara Timur Tengah yang mengalami wabah kelima, dipicu varian Delta yang sangat menular.
Pada Selasa (24/8), Kementerian Kesehatan Iran mengatakan total kasus infeksi mencapai 4,75 juta kasus, bertambah 40.623 kasus dalam 24 jam terakhir. Stasiun televisi nasional melaporkan total kasus kematian bertambah menjadi 103.357.
Pemerintah Iran melarang lalu lintas antarkota selama dua pekan hingga 27 Agustus kecuali untuk kendaraan esensial. Kantor publik dan bisnis non-esensial akan diizinkan dibuka kembali pada Ahad (22/8) satu pekan setelah ditutup untuk menahan laju penyebaran virus.
Pemerintah Iran belum mengumumkan apakah akan segera menerapkan peraturan pembatasan sosial yang baru. Pihak berwenang kesehatan Iran memperingatkan bila masyarakat mengabaikan peraturan pembatasan sosial angka kasus kematian Covid-19 bisa di atas 800 per harinya.
Pengguna media sosial mengkritik pemerintah atas lambatnya program vaksinasi, baru 6,5 juta dari 83 juta populasi Iran yang sudah menerima dua dosis vaksin. Pemerintah menyalahkan sanksi Amerika Serikat dan tertundanya impor vaksin.
Sanksi AS yang diberlakukan terhadap Iran pada 2018 lalu tidak berlaku pada makanan, obat-obatan, dan pasokan humanitarian lainnya. Sanksi tersebut diberlakukan setelah mantan Presiden Donald Trump menarik Washington dari perjanjian nuklir Iran.
Namun, sanksi AS mengincar sektor perminyakan dan aktivitas finansial membuat sejumlah bank asing enggan memproses transaksi finansial Iran. Teheran mengaku hal itu kerap mengganggu proses impor obat-obatan esensial dan barang kemanusiaan lainnya.