REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada Selasa (24/8) bahwa negara-negara G7 telah menyetujui rencana berurusan dengan Taliban. Persetujuan itu diikuti dengan syarat nomor satu bahwa Taliban harus mengizinkan perjalanan yang aman bagi warga Afghanistan yang ingin meninggalkan negara itu bahkan setelah tenggat waktu 31 Agustus.
"Apa yang telah kami lakukan hari ini, G7, adalah kami telah ... menyepakati tidak hanya pendekatan bersama untuk menangani evakuasi, tetapi juga peta jalan untuk cara kami akan terlibat dengan Taliban," kata Johnson setelah pertemuan virtual darurat para pemimpin negara-negara kaya Kelompok Tujuh itu.
"Syarat No. 1 yang kami tetapkan sebagai G7 adalah mereka harus menjamin perjalanan yang aman bagi mereka yang ingin keluar hingga 31 Agustus dan seterusnya," tambahnya.
"Beberapa dari mereka akan mengatakan bahwa mereka tidak menerima (syarat) itu, beberapa dari mereka saya harap akan memahaminya, karena G7 memiliki pengaruh ekonomi, diplomatik dan politik yang sangat besar."
Surat kabar The Guardian melaporkan pada Selasa malam (24/8) bahwa evakuasi Inggris dari Kabul diperkirakan akan berakhir dalam "24 hingga 36 jam". Koran itu mengutip sumber pertahanan yang tidak menyebut identitas.
Baca juga : Taliban Tolak Perpanjangan Waktu Evakuasi Warga Afghanistan
Johnson mengatakan kekuatan besar yang dapat dimiliki G7 atas Taliban, setelah kelompok pemberontak itu menguasai Afghanistan lebih dari seminggu yang lalu, termasuk menahan dana yang cukup besar. "Apa yang kami katakan adalah Afghanistan tidak bisa kembali menjadi tempat berkembang biak teror, Afghanistan tidak bisa menjadi negara narkotika, anak perempuan harus dididik sampai usia 18 tahun," katanya.
Johnson menghindari pertanyaan tentang apakah para pemimpin G7 lainnya telah menyatakan frustrasi kepada Presiden AS Joe Biden atas penanganannya terhadap krisis dan penolakannya untuk memperpanjang batas waktu bagi pasukan AS yang tersisa di Afghanistan.
"Mari kita perjelas babak terdekat dari evakuasi itu sebenarnya ... sebuah keberhasilan yang sangat besar oleh militer," katanya.
"Kami yakin kami bisa mengeluarkan ribuan lagi. Tapi situasi di bandara tidak membaik. Ini pemandangan yang mengerikan bagi mereka yang mencoba keluar."