REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) melaporkan data penjualan rumah baru pada Juli 2021 mengalami peningkatan besar setelah tiga bulan berturut terpuruk. Sayangnya, momentum tersebut melambat karena melonjaknya harga rumah di tengah ketatnya pasokan yang ada.
“Sementara permintaan untuk rumah baru tetap kuat, harga tinggi dan jaminan simpanan dalam konstruksi akan mengurangi penjualan di bulan-bulan mendatang,” kata ekonom Oxford Economics di New York, Nancy Vanden Houten dikutip dari Reuters, Selasa (25/8).
Departemen Perdagangan AS mencatat terjadi peningkatan besar dalam persediaan perumahan baru. Lonjakan tersebut didorong oleh rekor kenaikan rumah yang belum dibangun.
Pembangun membutuhkan waktu lebih lama untuk menyelesaikan rumah. Hal tersebut dikarenakan bahan baku yang mahal serta lahan dan pekerja yang langka.
“Pembangun rumah dilaporkan menolak pembeli karena mereka berusaha mengurangi simpanan penjualan,” tutur Nancy.
Penjualan rumah baru naik 1,0 persen ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 708 ribu unit pada bulan lalu. Laju penjualan Juni direvisi naik menjadi 701 ribu unit dari 676 ribu unit.
Dalam survei yang dilakukan Reuters, ekonom memperkirakan penjualan rumah baru yang menyumbang 10,6 persen dari penjualan rumah AS. Angka tersebut menunjukkan peningkatan ke tingkat 700 ribu unit pada Juli 2021.
Hanya saja, angka penjualan turun 27,2 persen dari pada periode yang sama 2020. Selain itu, harga rumah baru rata-rata juga naik 18,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya ke rekor 390.500 dolar AS.
Pasar untuk rumah baru didorong oleh kelangkaan rumah yang dimiliki sebelumnya. Tetapi pembangun telah berjuang untuk sepenuhnya memanfaatkan tekanan pasokan karena terhambat oleh melonjaknya harga kayu serta kekurangan bahan bangunan dan peralatan rumah tangga lainnya.