Rabu 25 Aug 2021 13:05 WIB

Dualisme Sultan, Kericuhan Terjadi di Keraton Kasepuhan 

Rahardjo Djali mengangkat dirinya sebagai Sultan Aloeda II dan melantik kabinetnya.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Rahardjo Djali, melakukan proses jumenengan dan menyatakan dirinya sebagai Sultan Sepuh Aloeda II di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Foto: Istimewa
Rahardjo Djali, melakukan proses jumenengan dan menyatakan dirinya sebagai Sultan Sepuh Aloeda II di Keraton Kasepuhan Cirebon.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Dualisme kepemimpinan di Keraton Kasepuhan Cirebon, makin memanas. Kericuhan sempat terjadi di Keraton Kasepuhan saat Rahardjo Djali, yang mengangkat dirinya sebagai Sultan Aloeda II, melantik kabinetnya, Rabu (25/8). 

Kegiatan pelantikan itu berlangsung di Jinem Pangrawit, Keraton Kasepuhan. Rahardjo Djali melantik beberapa orang untuk membantu tugasnya.

Kericuhan bermula saat Ratu Alexandra Wuryaningrat, adik dari almarhum Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, mendatangi lokasi pelantikan. Dia mengaku terkejut karena kegiatan itu dilakukan tanpa seizin Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin.

"Harus seizin sultan," tegas perempuan yang menjabat sebagai Kepala Badan Pengelola Keraton Kasepuhan sekaligus bibi dari Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin itu.

Kedatangan Alexandra dan sejumlah pendukungnya langsung dihalau oleh para pendukung Rahardjo Djali. Sempat terjadi aksi saling dorong dan tuding di antara pendukung kedua kubu. 

Alexandra kemudian kembali masuk ke dalam keraton. Dia menyatakan, Keraton Kasepuhan hanya memiliki satu sultan, yakni Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin.

"Di Keraton Kasepuhan ini sultan hanya satu (PRA Luqman Zulkaedin). Tidak ada sultan yang lain," tukas Alexandra. 

Sementara itu, Sultan Aloeda II, Rahardjo Djali, menyatakan, tidak memerlukan izin siapapun untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dia menegaskan, pihaknya merupakan keluarga besar Keraton Kasepuhan. "Di sini berlaku hukum adat," ucap Rahardjo. 

Rahardjo meminta, persoalan tersebut diselesaikan lewat jalur hukum. Hal itu untuk mengakhiri pro kontra dan polemik yang saat ini terjadi.

"Karena kita orang berpendidikan dan bermartabat. Jangan dengan premanisme. Mari kita selesaikan sesuai dengan jalur hukum," kata Rahardjo.

Seperti diketahui, kepemimpinan di Keraton Kasepuhan Cirebon mengalami dualisme setelah Rahardjo Djali menyatakan dirinya sebagai Sultan Aloeda II. Padahal, selama ini, tahta Keraton Kasepuhan Cirebon diduduki oleh Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin. Dia melakukan jumenengan pada 30 Agustus 2020, menggantikan ayahnya yang wafat, Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningat.

Jumenengan atau proses pengangkatan/penobatan Raharddjo Jali sebagai Sultan Sepuh Aloeda II dilakukan di Omah Kulon, salah satu bangunan yang ada di dalam Keraton Kasepuhan, Cirebon, Rabu (18/8). 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement