REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah bersama dengan PT Pertamina (Persero) Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Maos Cilacap melepasliarkan tukik (anak penyu) jenis Lekang (Lepidochlys olivacea). Ada sebanyak 206 ekor tukik yang dilepas di Pantai Sodong Cilacap, Jawa Tengah.
Tukik tersebut merupakan hasil relokasi sarang serta penyelamatan telur yang diserahkan masyarakat kepada Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja, Cilacap yang merupakan binaan BKSDA Jawa Tengah. Kegiatan ini merupakan implementasi dari Perjanjian Kerja Sama antara BKSDA Jawa Tengah dengan PT Pertamina (Persero) Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Maos.
Kepala BKSDA Jawa Tengah, Darmanto menyampaikan Penyu Lekang merupakan salah satu dari satwa dilindungi di Indonesia. Sehingga pelepasliaran tukik Penyu Lekang ke habitatnya diharapkan bisa melestarikan populasi penyu di alam.
"Sebagai satwa perairan bermigrasi, mereka akan kembali ke darat untuk bertelur. Untuk itu kita perlu menjaga habitat-habitat tempat bertelur yang disukai penyu. Tidak membuang sampah ke laut, jangan memakan telur penyu, merupakan upaya yang bisa kita lakukan untuk menjaga kelestariannya,” ungkap Darmanto, dalam keterangan pers KLHK, Rabu (25/8).
Langkah ini juga sebagai Penguatan Fungsi dan Konservasi Keanekaragaman Hayati untuk melalui Penyelamatan Satwa Liar Dilindungi. Di antaranya seperti Penyu, Trenggiling dan Bubut Jawa, melalui pengelolaan Kawasan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Penyangga di TWA Gunung Selok, Cilacap.
Manager PT Pertamina (Persero) Terminal Bahan Bakar Minyak Maos, Al Fakhri menyampaikan kegiatan pelepasliaran penyu lekang di wilayah kerja PT. Pertamina merupakan bentuk dukungan nyata sektor swasta terhadap konservasi satwa dilindungi dalam hal ini Penyu Lekang. Ini merupakan komitmen kami sebagai bentuk implementasi kerjasama dengan BKSDA Jawa Tengah. "Kami akan terus membantu pemerintah melestarikan satwa Indonesia di habitat alaminya” terang Al Fakhri.
Ketua Kelompok Konservasi Penyu Nagaraja, Jumawan mengatakan langkah konservasi bagian dari menghindari kegiatan perburuan telur penyu di masyarakat. Ia mulai kerja sama ini bersama Pertamina dengan menyusun program pada 2019 dan mulai melakukan edukasi kepada masyarakat.
Hingga saat ini Kelompok Nagaraja beranggotakan sebanyak 20 orang yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat sekitar. “Kami secara intensif melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar pantai, jika menemukan telur penyu untuk dapat diserahkan kepada kami," katanya.
Awalnya diakui dia, cukup sulit, namun setelah infrastruktur konservasi terbangun dan masyarakat melihat serta terlibat langsung dalam kegiatan konservasi, kesadaran mereka mulai tumbuh. Saat ini warga sangat antusias untuk bekerja sama bahkan bergabung dengan kelompok konservasi penyu ini.
Sejak 2019 hingga saat ini, total tukik yang telah dilepasliarkan mencapai 444 tukik penyu lekang. Tahapan yang dilakukan meliputi evakuasi telur penyu yang mendarat di pinggir pantai, proses penetasan secara semi alami, kurang lebih 47 hari. "Kemudian setelah menetas dan menjadi tukik kecil, dilakukan proses perawatan selama satu hingga tiga bulan sebelum akhirnya dilepasliarkan ke habitatnya," imbuhnya.
Kegiatan pelepasliaran ini dilaksanakan di Pantai Sodong, Desa Karang Benda, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap. Kini banyak pihak juga ikut membantu memfasilitasi penyediaan lahan untuk penetasan telur penyu dan menyediakan sarana pendukungnya. Kedepan diharapkan bantuan konservasi ini bukan hanya pada pembangunan infrastruktur saja, namun juga berkelanjutan menjaga habitat hewan langka di Pantai Sodong, Cilacap.