REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo menekankan pentingnya keberagaman gender dan usia pemimpin untuk memajukan BUMN. Wamen BUMN yang akrab disapa Tiko mengatakan salah satu kerangka rencana jangka panjang perusahaan (RJPP) adalah pengembangan talenta.
Salah satu tujuan pengembangan talenta, yakni menciptakan keberagaman dalam posisi pimpinan BUMN. "Kami melihat keberagaman adalah salah satu hal yang paling fundamental untuk membangun keseimbangan dan kemajuan di BUMN Indonesia," ujar Tiko dalam seminar daring di Jakarta, Rabu (25/8).
Keberagaman ada dua, lanjut dia, pertama adalah keberagaman gender dan kedua yakni keberagaman usia. Dalam keberagaman gender, Kementerian BUMN ingin para pemimpin wanita di BUMN bertumbuh dan berkembang mengingat saat ini masih rendah.
"Memang harus diakui bahwa BUMN ini tumbuh dalam budaya yang lebih maskulin pada masa lalu, terlebih lagi pada BUMN-BUMN sektor berat seperti PLN, BUMN karya, dan Telkom yang sebelumnya didorong oleh skill engineering serta disiplin sehingga lebih banyak laki-laki yang menempati posisi pimpinan di sana," katanya.
Tiko juga menambahkan pada masa lalu, perbankan cenderung fokus ke wholesale ketimbang ritel sehingga budayanya sama. Meski selama 5-10 tahun terakhir masuk ke ritel, digital dan consumer banking, mulai muncul manajemen gabungan dengan lebih feminin serta consumer oriented.
"Memang ini pergeseran yang terus berjalan dan kami meyakini akan baik untuk keberagaman dan kepemimpinan dalam waktu ke depan," ujar wamen BUMN tersebut.
Tiko juga mengakui bahwa pada masa lalu, BUMN identik dengan pimpinan-pimpinan yang berusia 50 tahun ke atas. Namun pelan-pelan, Kementerian BUMN berhasil menurunkan standar usia tersebut dan mungkin sekarang beragam di mana ada pimpinan BUMN yang berusia 50 tahun atau bahkan 40 tahun.
Wamen BUMN menekankan hal ini penting karena dengan revolusi industri 4.0 dan perubahan budaya milenial, tidak mungkin dengan usia pimpinan BUMN 55 tahun bisa memahami dunia konsumen milenial ke depan. "Jadi keberagaman usia ini juga penting untuk menyikapi perubahan revolusi industri 4.0 ke depan, dan memahami sikap serta preferensi konsumen milenial yang berubah drastis dibandingkan konsumen kolonial atau milenial pinggiran yang sudah mulai tua," kata Tiko.