REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Media pemerintah China China Daily menuduh Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris berusaha untuk membuat perpecahan antara China dan negara-negara Asia Tenggara. Pernyataan ini merujuk pada komentarnya di Singapura bahwa Beijing menggunakan paksaan dan intimidasi untuk mendukung klaim Laut Cina Selatan yang melanggar hukum.
"Sambil menuding China dan menuduhnya melakukan 'pemaksaan' dan 'intimidasi', Harris dengan sengaja mengabaikan kemunafikannya sendiri dalam upaya memaksa dan mengintimidasi negara-negara regional untuk bergabung dengan Washington dalam skemanya untuk menahan China," tulis China Daily dalam sebuah redaksi pada Rabu (25/8).
Menurut redaksi tersebut, pidato Harris di Singapura adalah serangan tidak berdasar terhadap China. "Tampaknya satu-satunya komitmen Amerika Serikat untuk Asia Tenggara adalah upaya berdedikasinya untuk mendorong irisan antara negara-negara Asia Tenggara dan China," ujarnya.
Serangan terhadap China oleh Harris pun terus berlanjut dalam kunjungan ke negara kedua di Asia Tenggara, Vietnam, pada Rabu. Dia mengatakan ada kebutuhan untuk meningkatkan tekanan pada Beijing atas klaim maritimnya.
"Kita perlu menemukan cara untuk menekan, meningkatkan tekanan ... pada Beijing untuk mematuhi Konvensi PBB tentang Hukum Laut, dan untuk menantang, intimidasi dan klaim maritim yang berlebihan," kata Harris selama pertemuan dengan Presiden Vietnam Nguyen Xuan Phuc.
Baca juga : Arab Saudi Setujui Vaksin Sinovac dan Sinopharm
Kedatangan Harris di Hanoi ditunda. Kedutaan Besar di Vietnam mengatakan telah mendeteksi insiden kesehatan abnormal yang berpotensi terkait dengan Sindrom Havana yang misterius. Selama penundaan, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh dan Duta Besar Cina untuk Vietnam mengadakan pertemuan yang sebelumnya tidak diumumkan.
Chinh mengatakan Vietnam tidak memihak dalam kebijakan luar negeri. Walau telah diketahui Beijing adalah mitra dagang terbesar Hanoi dan negara ini sangat bergantung pada bahan dan peralatan dari Beijing untuk kegiatan manufakturnya.
Partai Komunis yang berkuasa di kedua negara pun telah mempertahankan hubungan dekat. Namun, Vietnam dan Cina telah terlibat dalam perselisihan lama mengenai klaim maritim di Laut China Selatan atau yang dikenal sebagai Laut Timur di Vietnam.
Ketegangan telah mendorong Vietnam menjadi salah satu penentang paling vokal dari klaim Cina di jalur air yang disengketakan. Hubungan antara Hanoi dan Washington telah tumbuh lebih dekat lebih dari empat dekade setelah Perang Vietnam berakhir pada 1975. Hanoi pun telah menerima dukungan Washington dengan pengiriman perangkat keras militer, termasuk pemotong penjaga pantai.