REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut pertumbuhan ekonomi sebesar 7,07 persen pada kuartal II 2021 bukan jaminan ekonomi Indonesia pulih. Hal ini disebabkan oleh komponen konsumsi rumah tangga dan investasi yang perlu ditingkatkan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih terlalu dini mengkategorikan ekonomi pulih di tengah tantangan pandemi.
"Alhamdulillah, saat ini kita melihat tanda-tanda pemulihan, tapi ini masih terlalu dini untuk mengatakan (ekonomi akan pulih)," ujarnya saat webinar Annual Islamic Finance Conference (The AIFC) secara virtual, Rabu (25/8).
Menurutnya pemerintah harus tetap merumuskan langkah-langkah konkret untuk menopang kehidupan masyarakat melawan pandemi virus Corona.
"Tapi ini bukan jaminan ekonomi akan pulih dan rebound. Kita harus terus mengkalibrasi ulang dan merumuskan kembali kebijakan agar dapat terus melindungi masyarakat dari Covid-19," ungkapnya.
Sri Mulyani mengungkapkan saat ini ekonomi Indonesia mayoritas masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Kedua komponen memberi kontribusi sebesar 84,93 persen.
Tercatat konsumsi rumah tangga pada kuartal II 2021 tumbuh 5,93 persen (yoy) karena masyarakat mulai melakukan aktivitas konsumsi. Sedangkan investasi turun 7,5 persen secara year on year dan juga adanya peningkatan ekspor hingga pemulihan ekonomi global.
"Ini semua adalah data yang sangat baik, menunjukkan adanya pemulihan yang terjadi. Tapi ini masih sangat awal dan perlu terus dipelihara dan diakselerasi," ucapnya.