Kamis 26 Aug 2021 05:50 WIB

Ketika Islam Berada di Tangan Tokoh-Tokoh Populer Masa Kini 

Pengaruh tokoh populer sangat besar terhadap citra Islam

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Pengaruh tokoh populer sangat besar terhadap citra Islam. Mohamed Salah. Ilustrasi
Foto: GETTY POOL/Alex Livesey / POOL
Pengaruh tokoh populer sangat besar terhadap citra Islam. Mohamed Salah. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Belum lama ini, ramai pemberitaan dua perempuan kakak-adik dari Liverpool Inggris memeluk agama Islam setelah melihat perilaku yang ditunjukkan striker Liverpool asal Mesir Mohammed Salah. 

Sebelum mereka, pemuda Inggris Ben Bird, yang awalnya sangat membenci Islam, pada akhirnya memutuskan untuk mualaf.

Baca Juga

Anggota Majelis Tinggi Urusan Islam di Mesir, Dr Khalid Al-Jundi, menjelaskan, selebriti atau tokoh populer lainnya memiliki pengaruh yang kuat terhadap Islam. 

Dia mengatakan, perilaku mereka tercermin di tengah masyarakat karena mereka adalah panutan sekaligus contoh bagi ratusan ribu anak muda untuk diikuti.

"Bawa seribu syekh dari Al Azhar Mesir untuk meminta para pemuda berhenti merokok dan tidak menggunakan narkoba, dan bandingkan jika Mohamed Salah yang meminta itu misalnya melalui sebuah iklan untuk menyampaikan seruan tersebut, tentu saja pengaruh Mohamed Salah lebih besar. Karena itu, kalangan tokoh terkenal harus berhati-hati dalam berperilaku karena mereka adalah panutan bagi orang-orang," katanya.

Baca juga : Arsitek Perang Afghanistan Dimakamkan Secara Rahasia

Al-Jundi juga menceritakan rekannya ketika berada di London Inggris sebagai seorang imam masjid yang baru. 

Suatu saat ada sopir bus yang memberinya uang lebih dari yang seharusnya. Lalu uang itu pun dikembalikan lagi oleh imam masjid. Sopir mengaku hanya ingin menguji, karena tahu bahwa dia adalah imam masjid baru.

Lalu, jika kemudian banyak orang yang menjadi mualaf karena tokoh-tokoh populer, apakah akan berdampak positif bagi Islam? 

Bukankah justru hanya akan menghasilkan keimanan yang dangkal? Al-Jundi menegaskan, tidak ada seorang pun di alam semesta ini yang bisa mengetahui tingkat keimanan seseorang.

Sebab hanya Allah SWT yang tahu. Al-Jundi mengingatkan, seseorang mungkin saja masuk Islam karena situasi yang sangat sederhana, perilaku yang baik, atau setelah bicara dengan sopir taksi, atau karena mimpi atau karena ayat yang dibaca di suatu tempat.

"Atau juga karena dipengaruhi olahragawan, penyanyi, aktor, ilmuwan, atau karena pernikahan, atau karena transaksi bisnis. Jadi iman tidak bisa diukur sama sekali. Bahkan mungkin beberapa orang masuk Islam karena alasan yang jauh lebih sederhana daripada itu semua," tutur dia.

Baca juga : Harapan dan Ketakutan Pengungsi Afghanistan di Qatar

Mungkin juga, seseorang masuk Islam setelah mendengar bacaan ayat Alquran. Ini sebagaimana dialami para sahabat di masa Nabi Muhammad SAW. Dan sebetulnya, berbagai cara yang telah disebutkan itu juga sedang terjadi di zaman sekarang.

"Mungkin saja seorang petugas kebersihan yang melakukan tugasnya dengan keimanan yang menyerukan Islam seratus kali itu lebih besar daripada ulama," ujar Al-Jundi.

 

Sumber: masrawy 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement