REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Media Amerika Serikat (AS) melaporkan Departemen Pertahanan berencana mengungkapkan program senjata luar angkasa rahasia canggih pada dunia. Program tersebut dirancang untuk menangkal ancaman dari China dan Rusia.
Berita yang pertama kali dilaporkan Breaking Defence berdasarkan pernyataan sumber yang tidak diungkapkan namanya. Sistem senjata rahasia yang dikenal Pasukan dan Komando Luar Angkasa ini 'diperjuangkan' Wakil Kepala Staf Gabungan AS Jenderal John Hyten.
Pada Kamis (26/8), Sputnik News melaporkan menurut sumber, senjata anti-satelit dijadwalkan diungkapkan di Simposium Luar Angkasa Nasional yang harusnya digelar 26 Agustus. Tapi karena krisis Afghanistan rencana tersebut ditunda sebab aparat 'keamanan nasional' AS fokus pada Kabul.
Banyak perwira tinggi militer Angkatan Luar Angkasa AS yang merasa penyibakan sistem senjata itu konstruktif untuk menunjukan kemampuan anti-satelit AS pada China dan Rusia. Washington akan menunjukkan tidak hanya mampu menghancurkan sistem pertahanan luar angkasa yang mungkin sedang dikembangkan Moskow dan Beijing tapi juga satelit biasa yang diandalkan untuk komunikasi dan navigasi.
Namun, lanjut sumber tersebut, mengungkapkan 'teknologi sensitif semacam ini' membutuhkan lampu hijau dari Direktur Intelijen Nasional Avril Haines dan Presiden AS Joe Biden. "Sampai Presiden AS bilang ya, maka tentu tidak ada yang pasti," katanya.
Teknologi itu dilaporkan dirancang untuk menurunkan atau menghancurkan 'satelit dan atau pesawat luar angkasa'. Para sumber memperdebatkan bagaimana menunjukkan sistem luar angkasa di bumi.
Beberapa menyarankan Departemen Pertahanan AS menghadirkan 'laser mobil yang ditempatkan di luar angkasa yang digunakan untuk membutakan radar musuh' dan 'sistem gelombang mikro bertenaga tinggi yang dapat menghancurkan perangkat elektronik yang dibawa pengawal satelit'.
Pengembangan teknologi itu dilakukan setelah Departemen Pertahanan AS meluncurkan Strategi Pertahanan Luar Angkasa yang Amerika baru, sebagai respons apa yang mereka sebut 'ancaman langsung dan serius operasi luar angkasa AS' dari China dan Rusia.
Strategi itu dirancang untuk mempertahankan keunggulan AS di luar angkasa, serta memberikan kapabilitas yang relevan bagi AS dan pasukan sekutu. Tahun lalu deputi kepala perusahaan antariksa milik pemerintah Rusia, Roscosmos, Sergey Savelyev mengatakan rencana AS memiliterisasi luar angkasa 'mungkin membahayakan hubungan antara dua negara yang sudah rentan' di sektor luar angkasa.