REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Selandia Baru menutup aplikasi permukiman kembali bagi warga Afghanistan yang bekerja dengan pasukan asing selama perang 20 tahun. Itu terjadi di tengah kekacauan di bandara Kabul dan tenggat waktu evakuasi pekan depan.
"Penarikan segera AS dari bandara internasional Hamid Karzai, yang sangat penting untuk mempertahankan operasi kami di Kabul, berarti bahwa kemampuan kami untuk membantu individu di lapangan sangat terbatas," kata Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru dalam sebuah pernyataan yang dikutip laman The Guardian, Kamis (26/8).
"Kami tidak dapat menjamin bahwa kami akan dapat membantu semua orang yang ingin kami evakuasi," kata pernyataan tersebut menambahkan. Selandia Baru mengkhawatirkan sisa waktu hingga 31 Agustus proses evakuasi, tetapi masih banyak yang belum dapat pergi dari negara tersebut.
"Mengingat waktu terbatas yang tersisa bagi penerbangan evakuasi untuk berangkat dan jendela evakuasi akan segera ditutup, Selandia Baru tidak lagi menerima aplikasi dari warga Afghanistan untuk pemukiman kembali di Selandia Baru," kata Kementerian tersebut.
Pasukan AS yang kini menguasai bandara Kabul akan ditarik pada tenggat waktu 31 Agustus. Pejabat Pentagon mengatakan pada Rabu (25/8), bahwa masih ada 10 ribu orang di bandara yang menunggu untuk dievakuasi. Menteri pertahanan Inggris mengatakan, warga Afghanistan yang ingin melarikan diri ke Inggris mungkin lebih baik mencoba sampai ke perbatasan daripada menunggu evakuasi.
Bagi mereka yang telah mendapatkan visa permukiman kembali, akses ke bandara pun sangat sulit. Sedikitnya 20 orang telah tewas di dalam dan sekitar bandara Kabul, banyak yang terinjak-injak atau terkena peluru nyasar.
Baca juga :Arsitek Perang Afghanistan Dimakamkan Secara Rahasia