REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Amerika Serikat dan sekutunya mendesak orang-orang menjauh dari bandara Kabul karena ada ancaman serangan teror ISIS, Kamis (26/8). Desakan itu dikeluarkan ketika pasukan negara-negara Barat bergegas mengevakuasi sebanyak mungkin warga Afghanistan sebelum batas waktu 31 Agustus.
Tekanan untuk menyelesaikan evakuasi ribuan orang asing dan warga Afghanistan yang membantu negara-negara Barat selama perang 20 tahun melawan Taliban meningkat karena semua pasukan AS dan sekutu harus meninggalkan bandara minggu depan. Dalam peringatan yang dikeluarkan pada Rabu malam, Kedutaan Besar AS di Kabul menyarankan warga AS menghindari bepergian ke bandara dan mengatakan mereka yang sudah berada di gerbang bandara harus segera pergi karena ada ancaman keamanan yang tidak ditentukan.
Inggris mengeluarkan peringatan serupa, memberi tahu orang-orang di area bandara untuk pindah ke lokasi aman. "Ada ancaman serangan teroris yang sedang berlangsung dan tinggi," kata pernyataan Kantor Luar Negeri Inggris.
Australia juga mendesak warganya dan mereka yang memiliki visa ke Australia meninggalkan daerah itu. Australia memperingatkan ancaman serangan teroris yang sangat tinggi di bandara.
Peringatan itu datang karena adanya kekacauan di ibu kota, Kabul, dan bandaranya. Pengangkutan udara besar-besaran warga negara asing dan keluarga mereka serta beberapa warga Afghanistan telah berlangsung sejak Taliban merebut kota itu pada 15 Agustus. Sementara pasukan negara-negara Barat di dalam bandara bekerja keras menjaga evakuasi bergerak secepat mungkin.
Baca juga : Arsitek Perang Afghanistan Dimakamkan Secara Rahasia
Kelompok militan Taliban menjaga perimeter di luar tempat ribuan orang berkerumun yang mencoba melarikan diri dari negara itu. "Sangat mudah bagi seorang pengebom bunuh diri untuk menyerang koridor yang dipenuhi orang dan peringatan telah dikeluarkan berulang kali. Tetapi orang-orang tidak mau pindah, mereka memiliki tekad meninggalkan Afghanistan dan mereka tidak takut mati," kata seorang pejabat Afghanistan yang bekerja di Direktorat Penerbangan Sipil di bandara Kabul Ahmedullah Rafiqzai kepada Reuters.