REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah gizi buruk hingga stunting di Indonesia menjadi salah satu sorotan pemerintah dalam menciptakan generasi maju di masa depan. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, Dwi Listyawardani mengungkapkan, kolaborasi pemerintah dan pihak terkait, khususnya swasta, perguruan tinggi dan para ahli, jadi kunci guna memastikan generasi masa depan mendapatkan nutrisi yang baik. Sehingga, masalah gizi buruk hingga stunting dapat diminimalisir.
Dwi menjelaskan, meskipun pemerintah telah memiliki banyak program khusus terkait hal tersebut, masih banyak keterbatasan yang dialami untuk bisa dilakukan secara maksimal, salah satunya terkait pendanaan.
"Kami sama-sama memahami masalah stunting ini tidak bisa diselesaikan oleh Pemerintah saja. Kami terbuka untuk bermitra dengan berbagai pihak, seperti Danone Indonesia yang sudah melakukan bantuan dan intervensi," ujar Dwi dalam webinar Katadata SAFE 2021 bertajuk Nutrition for Next Generation, Rabu, (25/8).
Untuk menggenjot kolaborasi itu, kata Dwi, pemerintah memiliki salah satunya program 1.000 mitra untuk 1.000 hari pertama kehidupan. Selain itu, ada pula inisiatif terbaru yang diluncurkan yaitu Dapur Sehat (Dashat): Atasi Stunting di Kampung Keluarga Berkualitas.
"Kami mengarahkan masyarakat gotong-royong menyediakan nutrisi bagi mereka yang membutuhkan. Kepedulian mulai level kecil hingga tingkat desa, RT/RW," tambahnya.
Dalam sejumlah program tersebut Dwi menegaskan, para mitra bisa langsung berpartisipasi di lapangan. Sehingga pelaksanaannya lebih tepat sasaran dan terpantau dengan baik.
"Kita akan terbuka, melihat kasus (stunting) ini bersama-sama dengan mengajak seluruh mitra. Dan Alhamdulilah dukungan luar biasa dari perusahaan untuk selesaikan stunting ini secara bersama-sama," ungkapnya.
Vice President General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto mengungkapkan hal senada. Kolaborasi itu penting dilakukan, agar lebih terarah dan tepat sasaran dalam upaya mendorong peningkatan nutrisi bagi generasi masa depan.
"Karena apa pun yang dilakukan harus sejalan objektif dengan tujuan Pemerintah. Supaya benar-benar bukan kolaborasi jalan sendiri, tapi kemudian tidak ada dampak positifnya bagi masyarakat," kata dia.
Dia mengungkapkan, kolaborasi yang dilakukan juga harus sejalan dengan kebutuhan peningkatan nutrisi di masing-masing daerah. Hal ini pula dibutuhkan peran pemerintah khususnya di daerah.
"Kebutuhan kolaborasi antar wilayah berbeda, itu harus kita mapping. Kalau pun ada kerja sama dan kolaborasi itu menyasar sesuai kepentingan lokalnya," ujar dia.
Lebih lanjut Vera membeberkan, saat ini ada gerakan yang sedang dilakukan Danone Indonesia untuk meningkatkan nutrisi untuk wujudkan generasi maju melalui gerakan sosial 'Ayo Tunjuk Tangan' untuk mendukung Anak Indonesia dalam pemenuhan nutrisi dan pendidikan.
Kolaborasi pelaku usaha melalui gerakan sederhana itu, diharapkan bisa efektif meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan nutrisi yang baik bagi anak.
"Itu mungkin hal sederhana tapi bisa menjangkau masyarakat banyak. Karena itu kita sedang lakukan gerakan untuk mengajak masyarakat luas untuk tunjuk tangan menjadi supporter agar anak Indonesia menjadi maju," ujar dia
Selain itu, kata dia, Danone Indonesia juga mempunyai program Bersama Cegah Stunting. Program ini hadir untuk membawa berbagai program dalam upaya pencegahan stunting. Beberapa diantaranya termasuk edukasi gizi dan pola hidup sehat bagi anak usia PAUD, SD, remaja, dan keluarga, edukasi kantin sehat, bantuan akses bersih serta edukasi publik dan media massa.
Selain kolaborasi berbagai pihak untuk mengatasi gizi buruk hingga stunting tersebut, Head of Department of Nutrition faculty of Medicine Universitas Indonesia Nurul Ratna Mutu Manikam menegaskan pentingnya peran ibu dan ayah dalam hal ini.
"Ibu dan suami harus dukung nutrisi pada 1.000 hari pertama kehidupan. Jadi ibu hamil harus komitmen untuk mengonsumsi makanan bernutrisi," kata dia.