REPUBLIKA.CO.ID, – Pada hari akhir amal perbuatan manusia selama di dunia akan diperhitungkan. Ada di antara mereka yang beruntung, namun ada yang mengalami kerugian.
Dikutip dari laman Alukah pada Kamis (26/8), mereka yang merugi di antaranya yakni orang-orang kafir dan mereka yang bermaksiat. Allah ﷻ berfirman:
مَثَلُ مَا يُنْفِقُوْنَ فِيْ هٰذِهِ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيْحٍ فِيْهَا صِرٌّ اَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَاَهْلَكَتْهُ ۗ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّٰهُ وَلٰكِنْ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
“Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin, yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.” (QS Ali Imran 117).
Sebagian orang kafir mungkin menghabiskan uang miliknya di jalan kebaikan. Akan tetapi karena kekafiran mereka, hal itu tidak bermanfaat baginya di kehidupan akhirat. Allah berfirman:
وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا "Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (QS Al Furqan 23).
Allah ﷻ tidak menerima perbuatan baik yang telah mereka kerjakan. Hal ini karena iman merupakan syarat diterimanya amal. Allah ﷻ tidak menerima amal kecuali semata-mata karena-Nya. Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
"Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, 'Aku adalah sekutu yang paling tidak memerlukan sekutu, barangsiapa melakukan suatu amalan dengan menyekutukanKu dengan selainKu, Aku meninggalkannya dan sekutunya'." (HR Muslim).
Hal ini juga berpengaruh pada mereka yang beriman, akan tetapi melakukan kemaksiatan. Dari Tsauban dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda:
لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا
"Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya sia-sia."
Tsauban berkata, "Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami, supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak mengetahuinya."
Beliau bersabda, "Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka sholat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika kembali kepada apa yang diharamkan Allah, maka mereka terus mengerjakannya." (HR Ibnu Majah).
Sumber alukah