REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pemimpin kelompok anti-Taliban, Ahmad Massoud, berharap Rusia bisa mencegah eskalasi kekerasan di Afghanistan. Sebelumnya Massoud telah menyatakan kelompok siap jika harus bertempur melawan Taliban.
"Masyarakat internasional, kekuatan regional, termasuk Rusia, dapat menekan Taliban untuk menciptakan zona penyangga bagi mereka yang tidak dapat meninggalkan Afghanistan. Mungkin ada wilayah di mana mereka dapat tinggal sampai pembicaraan damai menghasilkan hasil," kata Massoud saat diwawancara media Rusia, RBK, Rabu (25/8).
Massoud mengungkapkan, dia sepenuh hati percaya bahwa pembicaraan damai adalah satu-satunya solusi. “Tetapi karena ada manuver dan persiapan militer tertentu di Lembah Panjshir, kami juga bersiap untuk membela diri,” ujarnya.
Lembah Panjshir yang terletak di daerah utara ibu kota Kabul adalah basis kelompok anti-Taliban yang dipimpin Massoud. Taliban sempat mengultimatum Massoud untuk menyerahkan kendali atas wilayah tersebut. Namun Massoud menolak dan siap meladeni konfrontasi.
Dalam wawancara dengan RBK, Massoud mengungkapkan, selama 50 tahun terakhir, Afghanistan, secara umum, dibekap peperangan. Menurutnya, negara tersebut membutuhkan dialog dan perdamaian.
Baca juga : Ledakan Bom di Bandara Kabul Jadi Mimpi Buruk Joe Biden
Massoud juga sempat menyinggung tentang pernyataan Taliban yang menyebut bahwa mereka terbuka untuk negosiasi. “Yang benar-benar penting adalah menjadi inklusif. Jika pemerintah inklusif, kita dapat melihat masa depan dengan harapan. Jika tidak, itu akan menjadi upaya baru yang gagal untuk membangun sebuah negara," ujarnya.
Massoud adalah putra Ahmad Shah Massoud, pemimpin utama perlawanan anti-Soviet di Afghanistan pada 1980-an.