Jumat 27 Aug 2021 06:51 WIB

Joe Biden Janji Memburu Pelaku Serangan Bom di Bandara Kabul

Warga sipil dan pasukan AS menjadi korban tewas dalam serangan bom di Bandara Kabul

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Dalam gambar yang disediakan oleh Angkatan Darat AS, pasukan terjun payung yang ditugaskan ke Tim Tempur Brigade 1, Divisi Lintas Udara ke-82 melakukan pengamanan saat mereka terus membantu memfasilitasi evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan pada Rabu, 25 Agustus 2021.
Foto: Sgt. Jillian G. Hix/U.S. Army via AP
Dalam gambar yang disediakan oleh Angkatan Darat AS, pasukan terjun payung yang ditugaskan ke Tim Tempur Brigade 1, Divisi Lintas Udara ke-82 melakukan pengamanan saat mereka terus membantu memfasilitasi evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan pada Rabu, 25 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Serangan bom bunuh diri pada Kamis (28/8) mengguncang bandara Kabul, Afghanistan yang menewaskan puluhan warga sipil dan 12 pasukan Amerika Serikat (AS). Presiden Joe Biden berjanji akan memburu pelaku. 

"Kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan melupakan. Kami akan memburu Anda dan membuat Anda membayar," kata  Presiden AS Joe Biden mengatakan tentang para pelaku selama komentar yang disiarkan televisi dari Gedung Putih.

Baca Juga

Serangan itu diyakini sebagai yang paling banyak menewaskan tentara AS di Afghanistan usai peristiwa pada 2011. Ketika itu sebanyak 30 personel AS tewas saat sebuah helikopter ditembak jatuh pada Agustus 2011.

"Kami tidak akan terhalang oleh teroris...Kami akan melanjutkan misi," kata Biden. 

ISIS mengatakan salah satu pelaku bom bunuh diri menargetkan penerjemah dan kolaborator dengan tentara AS. Pejabat Washington pun menyalahkan kelompok itu.

Baca juga : Saksi: Bom Bandara Kabul Seperti Kiamat 

Serangan tersebut  membuat keadaan sekitar masuk bandara dalam kekacauan. Puluhan ribu orang Afghanistan memadati area sekitar untuk ikut dalam evakuasi meninggalkan negara itu.

Sebelum peristiwa serangan ISIS, AS dan sekutunya telah mendesak warga sipil untuk menjauh dari bandara. Desakan itu muncul dengan alasan ancaman dari ISIS. 

Pejabat kesehatan Kabul mengatakan 60 warga sipil tewas. Video yang direkam oleh wartawan Afghanistan menunjukkan puluhan mayat berserakan di sekitar kanal di tepi bandara. Menurut saksi mata, setidaknya dua ledakan mengguncang daerah itu.

"Untuk sesaat saya pikir gendang telinga saya pecah dan saya kehilangan indra pendengaran. Saya melihat tubuh dan bagian tubuh terbang di udara seperti angin puting beliung meniup kantong plastik. Saya melihat tubuh, bagian tubuh orang tua dan pria, perempuan, dan anak-anak yang terluka berserakan," kata salah satu warga Afghanistan yang sudah berusaha mencapai bandara. 

"Air kecil yang mengalir di saluran pembuangan itu telah berubah menjadi darah," ujarnya. 

Baca juga : Bareskrim Ancam Ustaz Yahya Waloni dengan Pasal Berlapis

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement