Jumat 27 Aug 2021 10:01 WIB

5 Ibu Hebat Besarkan Anaknya yang Yatim Jadi Ulama Besar 

Sejumlah ulama hebat adalah anak-anak Yatim yang diasuh ibundanya

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah ulama hebat adalah anak-anak Yatim yang diasuh ibundanya. Ilustrasi ulama.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Sejumlah ulama hebat adalah anak-anak Yatim yang diasuh ibundanya. Ilustrasi ulama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam sejarahnya, ada banyak ibunda kaum muslimin yang berjuang untuk dapat membesarkan anaknya hingga menjadi ulama besar. Bahkan para perempuan ini mampu membesarkannya seorang diri, karena suami mereka telah wafat terlebih dahulu.

Dilansir dari laman Alukah pada Kamis (26/8), berikut lima ibu yang telah merawat anaknya hingga menjadi ulama besar:

Baca Juga

1. Tumadhir binti Amr bin Syuraid (Al Khansa)

Ketika umat Islam bersiap untuk Perang Qadisiyah, Tumadhir binti Amr memanggil keempat anaknya dan mendesak mereka untuk berjihad di jalan Allah serta memperingatkan mereka untuk tidak melarikan diri dari medan perang. 

Dia berkata, "Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan dan berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya, kalian adalah putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang perempuan yang sama, Jika kalian melihat perang di jalan-Nya, singsingkanlah lengan baju kalian dan berangkatlah. Majulah hingga barisan depan, niscaya engkau akan mendapatkan pahala di akhirat tepatnya di negeri keabadian."

Kemudian pada akhirnya syahid datang dan menjemput keempat anak Al Khansa. Dia berkata, "Alhamdulillah, yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah, segera menjemputku dan mempertemukan aku dengan mereka dalam naungan rahmat-Nya di Firdaus-Nya yang luas."

2. Ummu Sufyan Ats Tsauri

Telah berkata Waki, “Telah berkata ibunya Sufyan ats Tsauri kepada Sufyan (anaknya), "Wahai anaku carilah ilmu dan aku akan mencukupimu dari hasil tenunku, Wahai anaku apabila engkau telah mencatat 10 huruf (dari ilmu) maka perhatikan…apakah engkau melihat dalam dirimu semakin merasa bertambah takut (kepada Allah), Bertambah Kelembutanmu (akhlak), dan Bertambah Ketenangamu. Apabila tidak bertambah maka ketahuilah bahwa ilmumu tersebut akan memudharatkanmu dan tidak akan memberikan manfaat kepadamu."

Baca juga : Anak Yatim Piatu Korban Covid-19 Bakal Terima Banyak Bantuan

3. Ummu Muhammad bin Idris Asy Syafii

Imam Asy Syafii dilahirkan di Gaza. Beliau hidup dengan asuhan sang ibu saja, sebab ayah Imam Asy Syafii wafat saat dirinya masih belia. Imam Syafii menyelesaikan hafalan Alquran pada usia tujuh tahun dan menyelesaikan hafalan kitab al-Muwattha' pada usia 10 tahun. Hingga pada akhirnya beliau mencetuskan Mazhab Syafii yang merupakan mazhab fikih dalam Sunni.

4. Ummu Ahmad bin Hanbal

Ayah dari Imam Ahmad bin Hanbal telah wafat semenjak dia masih muda. Untuk itu dia dibesarkan ibunya Ummu Ahmad bin Hanbal. Ibunda Imam Ahmad membesarkannya dan menyuruh beliau untuk menghafal Alquran dan mencari hadits. Beliau menuntut ilmu ketika dia berumur lima belas tahun. Dan Imam Ahmad menjadi pemilik salah satu dari empat madzhab yang terkenal.

5. Ummu Muhammad bin Ismail Al Bukhari

Ayah Al Bukhari wafat ketika beliau masih kecil. Untuk itu Al Bukhari dibesarkan langsung dengan ibundanya. Saat masih kecil Imam Al Bukhari juga harus kehilangan penglihatannya. Ibundanya pun merawatnya dengan baik, dan Allah SWT  mengilhaminya untuk dapat menghafal hadits. Pada usia 16 tahun bersama keluarganya, beliau mengunjungi kota suci Makkah. 

 

Sumber: alukah 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلِيَعْلَمَ الَّذِيْنَ نَافَقُوْا ۖوَقِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَوِ ادْفَعُوْا ۗ قَالُوْا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالًا لَّاتَّبَعْنٰكُمْ ۗ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَىِٕذٍ اَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلْاِيْمَانِ ۚ يَقُوْلُوْنَ بِاَفْوَاهِهِمْ مَّا لَيْسَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ ۗ وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُوْنَۚ
Dan untuk menguji orang-orang yang munafik, kepada mereka dikatakan, “Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu).” Mereka berkata, “Sekiranya kami mengetahui (bagaimana cara) berperang, tentulah kami mengikuti kamu.” Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.

(QS. Ali 'Imran ayat 167)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement